Perkernbangan di berbagai bidang menyebabkan semakin besarkemungkinan seseorang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orangdari berbagai kalangan, dengan latar belakang kultur dan gaya hidup yangberbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya dimasyarakat, terutama dalam pola komunikasi atau hubungan interpersonal.Dalam situasi seperti ini, hubungan interpersonal mulai lebih dihargai, karenadinilai sebagai sumber utama dari kepuasan dan cara mencapai self worth didalam kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa mereka kurang memilikiketerampilan dan merasa tidak memiliki kehidupan yang cukup memuaskan,karena merasakan adanya ktidak-adekuatan personal dalam berinteraksidengan orang lain. Ellis (dalam Lange & Jakubowski, 1976) melihat bahwacara untuk membantu inclividu untuk dapat mempertahankan dirinya dalamdunia yang sulit namun dalam bentuk yang lebih rileks, lebih menyenangkandan lebih sehat adalah dengan tingkah laku asertif.Lange dan Jakubowski (1976) mengatakan karena kebanyakan masalahpsikologi yang melibatkan assertion memiliki komponen kognitif afektif, dantingkah laku, maka kombinasi pendekatan kognitif, afektif dan tingkah lakudalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena itu, mereka kemudianmengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan menggunakanpendekatan kognitif - tingkah laku (cognitive-behavioral procedures).Penelitian 'ini ingin melihat apakah program pelatihan asertif denganpendekatan kognitif-tingkah laku dapat menjadi sarana unmk meningkatkantingkah laku asertif pada mahasiswa.Subjek penelitian mahasiswa Universitas Gunadarma tingkat 2 (dua), laki-laki dan perempuan, berusia antara 18 - 20 tahun, memiliki skor tingkah lakunon asertif yang lebih dominan berdasarkan hasil Tes Skrining Subjek, bersediauntuk berpartisipasi dalam penelitian (mengikuti seluruh program pelatihanselama 8 kali berturut-turut, mengisi kuesioner dan mengeljakan tugas-tugasyang diminta - untuk kelompok eksperimen)Jumlah subjek penelitian 12 orang pada kelompok eksperimen dan 12orang pada kelompok kontrol. Rancangan yang digunakan di dalam penelitianini adalah true experimental design, dengan bentuk randomized matchedprestest-posttest control group design. Pelatihan asertif unluk kelompokeksperimen diberikan selama 4 minggu dengan 8 kali pertemuan, sekitar 2,5 -3 jam setiap pertemuan. Adapun untuk kelompok kontrol hanya diberikanpretest dan posttest.Untuk mengumpulkan data digunakan Tes Skrining Subjek untukmenyeleksi individu yang akan diikutsertakan dalam pelatihan, Skala Tingkahlaku sertif yang cligunakan untuk pretest dan posttest (denan I0 aspek yaitumelakukan percakapan, mencari informasi, mernberikan pendapat, mengajukanpennintaan, menolak permintaan, mengekspresikan perasaan, memberikanpujian, memberikan kritikan, menerima pnjian dan menerima kritikan) SertaEvaluasi Pelaksanaan Pelatihan Asertif. Untuk analisis data digunakanWilcoxon Signed Rank Test, Mann Whitney U Test dan distribusi frekuensi.Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ada peningkatan tingkah lakuasertif secara sangat signifikan setelah mengikuti pelatihan. Peningkatan terj adidalarn semua aspek tingkah laku asertif 2) Ada perbedaan tingkah laku asertifsecara signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan dengan yang tidakmengikuti pelatihan. Namun jika dilihat secara lebih khusus berdasarkan aspek-aspeknya, perbedaan yang signifikan terjadi pada aspek kernampuanmelakukan percakapan dan memberikan kritik. Faktor yang mungkinmenyebabkan adalah karena mated yang diberikan untuk setiap sesi (dan tugasrumah yang diberikan) cukup banyak sedangkan pertemuan dilakukanseminggu 2 kali, sehingga selang waktu pertemuan yang hanya 2-3 haritampaknya menyebabkan peserta pelatihan rnerasa bebannya menjadi banyak(karena bersamaan dengan pengerjaan tugas-tugas kuliah) dan menyebabkanbeberapa dari mereka menjadi belum sempat untuk menerapkan secara optimalberbagai keterampilan yang telah mereka pelajari di pelatihan. Komponenactive experimentation, dimana subjek diminta untuk mempraktikkan berbagaimateri yang telah dilatihkan ke dalam situasi sosial keseharian (membuatkputusan, menyelesaikan masalah), tampaknya kurang berjalan denganoptimal.Kesmpulan 3) bentuk tingkah laku asertif yang sulit dilakukan subjekadalah mengekspresikan orasaan dan menolak permintaan 4) materi yangdianggap membantu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalahpercakapan sosial, memperkenalkan diri, memberikan pujian, seb’ statement,imajinasi emosi dan memberikan kritikan S) teknik yang dianggap membanlumeningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah diskusi dalam kelompok besar(sharing masalah dan pengalaman). |