Deskripsi Lengkap

Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text (rdacontent)
Tipe Media : unmediated (rdamedia); computer (rdamedia)
Tipe Carrier : volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier)
Deskripsi Fisik : xiv, 193 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
 
  •  Ketersediaan
  •  File Digital: 1
  •  Ulasan
  •  Sampul
  •  Abstrak
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-19-488047338 TERSEDIA
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20343579
 Abstrak
Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan dengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dan diindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakan politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yang biasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalah jender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakan kategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaan dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita. Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis kelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki pria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri sifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria dan wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yang menyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasi marupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita sama saja. Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen (1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji apakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultan terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikut ini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, serta saat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap prasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja. Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaai yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi atau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau data kategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utama penelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji signifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung data kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi- square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya berdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat. Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan wanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yang signinikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita sendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka, tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok pria lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanita lebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria., wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyak memilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang sama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisis diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaitu variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup semua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuah intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis datanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel- variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak memiliki dominan culture seperli Jakarta. Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpin dalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutama dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsi kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4) Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa mengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perlu diteliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang paling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukan penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya dan Solo.