Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaandengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dandiindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakanpolitis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yangbiasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalahjender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakankategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yangditeliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnyayang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalammasyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaandan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita.Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jeniskelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimilikipria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai cirisifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria danwanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitaspsikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yangmenyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasimarupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderunganmemilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita samasaja.Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen(1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu mengujiapakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultanterhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita,atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikutini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadapstereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yangsignifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dankecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, ataupria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dankecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, ataupria/wanita sama saja?Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal darisuku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, sertasaat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek priaBatak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulandata terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikapprasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jeniskelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja.Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaaiyang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasiatau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau datakategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utamapenelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk mengujisignifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung datakuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi-square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanyaberdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat.Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria danwanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin danwanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yangsigninikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitaswanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilaitingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanitasendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka,tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok prialebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanitalebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara sukubangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria.,wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyakmemilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yangsama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubunganantara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jeniskelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisisdiskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilihpemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaituvariabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria.Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakupsemua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpinberdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuahintensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisisdatanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel-variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepatdapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkahlaku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asalatau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidakmemiliki dominan culture seperli Jakarta.Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpindalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutamadimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perludiperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpinberdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untukmengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsikategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atauantar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalamkurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4)Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsamengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitianselanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapatmewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di IndonesiaBerdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perluditeliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2)Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yangpaling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensitingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilihpemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukanpenelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogyadan Solo. |