:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Wisdom-related Knowledge pada Lanjutan Usia

Riana Sahrani; Fawzia Aswin Hadis, supervisor; Soemiati Patmondewo, supervisor (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Terdapat pandangan negatif dan juga positif mengenai orang lanjut usia (lansia). Sejalan dengan hal itu jumlah lansia di dunia, terutama di Indonesia, semakin meningkat sehingga patut kiranya dipertanyakan mengenai kualitas para lansia itu sendiri. Apalagi di era globalisasi dan komputerisasi seperti saat ini yang membuat perubahan semakin cepat namun juga. tidak pasti. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri agar dapat memecahkan masalah secara bijak, terutama pada para lansia yang diharapkan bisa memberikan nasehat dan panutan bagi generasi muda.
Agar dapat memahami, menilai suatu masalah, dan kemudian mengambil suatu keputusan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain, dibutuhkan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan ini disebut sebagai ‘pengetahuan yang berhubungan dengan kebijaksanaan’ (wisdom-related knowledge). Wisdom-related knowledge adalah pengetahuan yang meliputi lima kriteria wisdom, yaitu mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai masalah-masalah kehidupan (factual knowledge of life); punya strategi dalam pengambilan keputusan dan mengetahui untung-ruginya dari setiap strategi tersebut (procedural knowledge of life); mempertimbangkan konteks kehidupan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang (life span contextualism); mempertimbangkan keanekaragaman nilai dan prioritas dalam kehidupan (value relativism); dan juga mempertimbangkan adanya ketidakpastian dalam kehidupan (recognition and management of uncertainty).
Orang yang memiliki pengetahuan yang relatif baik pada dua kriteria pertama dapat dikatakan mempunyai tingkat pemerolehan dasar (basic level) wisdom, sedangkan orang yang mempunyai pengetahuan yang melampaui dua hal pertama (kriteria tiga, empat, dan lima) dapat dikatakan sudah mencapai meta level pemerolehan wisdom. Ada dua pandangan yang berbeda mengenai siapa orang yang bisa dikatakan bijaksana (wise). Pandangan lama mengatakan bahwa wisdom adalah area lansia karena lansia sudah lebih banyak pengalaman sehingga bisa memberikan nasehat yang berguna Namun pandangan terbaru menyatakan bahwa wisdom tersebut bisa diperoleh siapa saja, bahkan remaja, karena wisdom adalah suatu kemampuan yang dapat dipelajari dan merupakan gabungan dari aspek intelegensi, sosial, emosi, dan motivasi.
Adanya hasil-hasil penelitian tersebut dan juga keadaan nyata di lapangan membuat penulis ingin mengetahui wisdom-related knowledge pada lansia, dengan memperhatikan perkembangan wisdom-related knowledge mulai dari masa dewasa muda, dewasa madya, dan lansia secara cross sectional. Sehingga dengan demikian permasalahan yang ingin diteliti adalah apakah ada perbedaan pemerolehan wisdom-related knowledge pada tiga tahap perkembangan, yaitu pada orang dewasa muda (usia 22-45 tahun); dewasa madya (usia 45-65 tahun); dan lansia (usia 65 tahun keatas).
Responden penelitian ini berjumlah 197 orang yang terdiri dan ketiga tahapan perkembangan dan berjenis kelamin laki-laki serta perempuan. Alat yang dipergunakan adalah alat wisdom-related knowledge, yang dibuat oleh Baltes dan para peneliti dari Max Planck Institute Jarman. Penulis dalam hal ini memakai empat soal wisdom-related knowledge yang terdiri dari persoalan life planning normative, life planning non normative, life management, dan life review. Keempat soal ini diberikan kepada responden dalam bentuk tertulis dan kemudian jawaban-jawaban tersebut dinilai oleh tiga orang rater. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan memakai metode statistik anova untuk melihat perbedaan yang ada.
Hasil utama yang didapat dari penelitian ini adalah ada perbedaan pemerolehan wisdom-related knowledge pada tiga tahap perkembangan, yaitu antara orang dewasa muda, orang dewasa madya, dan orang lanjut usia. Kemudian, orang dewasa muda memperoleh nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan orang dewasa madya dan orang lanjut usia. Di sisi lain, orang lanjut usia mendapatkan nilai yang paling rendah dibandingkan kedua tahapan usia sebelumnya. Orang dewasa muda perempuan mendapatkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan responden lainnya. Para responden secara keseluruhan mendapatkan nilai yang paling tinggi bila mengerjakan persoalan life planning daripada life management dan life review, sedangkan persoalan life review merupakan persoalan yang paling sulit dikerjakan. Pada orang lanjut usia didapatkan bahwa mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam mengerjakan persoalan life planning non normative daripada persoalan life planning normative. Pendidikan dan pekerjaan (profesi) antara lain juga memfasilitasi perolehan wisdom-related knowledge.
Saran yang dapat dikemukakan antara lain adalah bagi yang berminat untuk meneliti lebih lanjut sebaiknya dilengkapi dengan metode observasi dan wawancara, melakukan tes kecerdasan sebelumnya (guna mengetahui fluid intelligence), dan mengontrol faktor kesehatan responden.

 File Digital: 1

Shelf
 T-PDF Riana Sahrani.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xiv, 115 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-24-93401949 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20343800