Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini mengalami peningkatan penderita penyalahguna zat yang cukup pesat. Bukan hanya di kota-kota besar saja, melainkanjuga sudah merambah pada kota-kora kecil. jenis zat yang disalahgunakan sejak 1994pada umumnya adalah jenis Heroin, yang dikenal sebagai zat yang bigh addiit (Fisher& Harrison, 1997). Risiko kesehatan dan sosial yang ditimbulkan akibatmenyalahgunakan zat adalah sangat besar, mulai dari penurunan fungsi otak, kelainanjantung, abses, tertularnya penderita dengan berbagai macam virus seperti HIV danHipatiris C, hingga berbagai kemungkinan tindak kriminal yang dilakukan untukdapat mempertahankan pola pengunaan zatnya. Berbagai macam studi di berbagainegara menunjukkan bahwa proses intervensi untuk memulihkan penderita bukanlahhal yang mudah (Fisher & Hanison, 1997). Angka kekambuhan di RSKetergantungan Obat satu-satunya rumah sakit pemerintah yang khusus menangani masalah GBZ- secara kualitatif juga tergolong tinggi. Untuk itulah perlu kiranyapengkajian yang leblh dapat mengarah pada usaba-usaha prevensi, agar dapatmenekan laju penumbuhan penderita baru. Salah satu faktor yang secara teoritis turutmenyumbang pada perilaku penyalahgunaan zat pada seorang anak adalahpengasuhan orangtua (Patterson ct al dikudp oleh Fedman & Weinberger, 1994).`Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan orangtua yang seperti apakah yang terjadi pada keluarga yang anaknya terlibat GBZ dansekaligus membandingkannya dengan apa yang terjadi pada keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ. Dengan demikian dapat diperoleh gabungan yang lebih detil ataspola asuh yang cenderung memiliki risiko lebih besar terhadap penyalahgunaan zat yang dilakukan oleh anak.Penelitian dilakukan dengnn metode kualitatif Responden keluarga yanganaknyn terlibat GBZ adalah klien peneliti sejak beberapa tahun yang lalu. Pemilihan responden dengan kriteria ini dimaksudkan agar rapport yang telah terbina sebelumnyadapat mempermudah perolehan data, mengingat beherapa tema penelitian termasuksensitif Sementra respunden keluarga yang anaknya tidak terlibat GBZ adalah relasipeneliti yang juga telah cukup lama dikenal. Pemilihan responden dengnn kriteria inidimaksudkan agar dapat lebih menjamin bahwa tidak satupun anak pada keluargatersebut terlibat pnda masalah GHZ, mengingat diagnosa bebas (SBK tidak mudah ditegakkan dalm waktu singkat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antarn pola asuh keluargayang anaknya telibat GBZ dengan keluarga yang anaknya tidak terlibat GHZ.Perbedaan antnfa lain terlihat pada struktur keluarga, dimana keluarga yang anaknyaterlibat GBZ cenderung memiliki struktur patogcnik, yang berarti memiliki risikolebih bcsnr untuk mcnghasilkan individu yang rentan terhadap stres. Struktur patogcnik yang dimaksud antara lain adalah disrupted, disardanl ataupun distrubed(Coleman, 1986). Sementara keluarga yang anaknya tidak tenlibat GBZ cenderung bersifat non-patogenik.Perbedaan berikutnya juga ada pada pola asuh orangtua Sekalipun duakategori keluarga di atas memiliki figur ayah yang cendcrung tidak tenlibat dan pasif,namun figur ibu dari keluarga yang anaknya tidak telibat GHZ lebih menampilkangaya pengasuhan yang bersifat otoritatif Sedangkan figur ibu dari keluarga yang anaknya telibat GBZ,lebih cenderung bersifat permisif atau otoriter. Perbedaan jugaterdapat pada pola komunikasi antara orangtua-anak. Pada keluarga yang anaknyatidak terlibat, pola komunikasi lebih bersifat dua arah, intensif dan mendalam,sebaliknya pada keluarga yang anaknya terlibat, pola komunikasi lebih bersifat duaarah dan kurang menggali pengetahuan dan kemampuan anak. Pada umumnyakeluarga yang anaknya terlibat GBZ kurang memiliki konsep pengasuhan yang jelas,kurang memasukkan unsur spiritualitas dalam arti yang luas pada kehidupan sehari~-harinya, dan kurang dapat mengelola konflik suami-istri secara konstruktifHasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pola pengasuhan yangsempurna, yang ada hanyalah upaya. untuk terus menerus memperbaiki diri danbcrcermin pada kekeliruan atau kegagalan di masa lalu. Oleh karenanya perlu sikap optimis bagi setiap orangtua dalam menjalankan perannya sebagai orangtua.Penelitian lanjulan yang bersifat kuantitaif perlu dilakukan, agardapat memberikan gambaran yang lebih kaya,1uas dan representif. hasil penelitian ini diharapkan juga dapar digunakan sebagai landasan pembuatan program prevensiyang komprehensif bukan hanya melibatkan orangtua, melainkan juga melibatkan dunia sekolah dan pemerintah secara umum. Apapun juga, mencegah jauh lebih baikdaripada mengobati. |