:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Hubungan antara ego state pemimpin dengan tingkat pembelajaran organisasl

Ronny Hanggoro; Mokoginta, Urip Abdurachman, supervisor (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000)

 Abstrak

Sebuah organisasi yang ingin tetap tampil dan dapat bertahan pada
millenium ketiga ini, harus melakukan banyak tindakan. Hal ini terutama karena semakin tipisnya batas antar negara dalam arti perdagangan,
pengaruh teknologi, informasi dan budaya, yang semua itu akan menciptakan sebuah dunia tanpa batas. Dalam persaingan bebas di alam globalisasi, tidak ada lagi proteksi dari negara. Persaingan dalam memperebutkan pasar di
suatu negara bukan hanya milik organisasi-organisasi negara tersebut, tetapi
juga organisasi-organisasi dari negara lain. Bila suatu organisasi tidak memiliki kemampuan bersaing secara internasional, sulitlah bagi organisasi tersebut untuk dapat bertahan. Dengan perkataan lain untuk dapat bertahan hidup dan berkembang di jaman ini, perusahaan harus menjadi Organisasi
Pembelajaran (Learning Organization) (Hartanto, 1995).
Salah satu tokoh organisasi pembelajaran, Peter M. Senge (1995)
mengatakan bahwa organisasi pembelajaran adalah suatu tempat yang
orang-orangnya secara terus-nnenerus memperluas kapasitas untuk
menciptakan hal-hal yang memang mereka inginkan. Di dalam organisasi
pembelajaran orang-orangnya juga mempunyai pola pikir baru dan ekspansif terpelihara, aspirasi bersama dibebaskan, dan orang-orangnya secara berkesinambungan belajar bagaimana belajar bersama. Di Indonesia ada perusahaan-perusahaan yang terguncang pada saat krisis, namun mampu bangkit kembali dan terus menjalankan bisnisnya. Namun ada pula yang
bangkrut. Bila diperhatikan lebih lanjut, kemampuan belajarlah yang
merupakan fasilitator utama yang membuat perusahaan-perusahaan dapat
mempelajari situasi sehingga mereka mampu bangkit dari kesulitannya.
(Hartanto, 1995; Prama, 2000).
Menurut Kline (1993), untuk dapat bangkit: dan menjadi suatu
organisasi pembelajaran, sebuah organisasi dapat menjalankan sepuluh
langkah menuju organisasi pernbelajaran. Dalam sepuluh langkah menuju
organisasi pembelajaran dikemukakan bahwa hal ini dimulai dari langkah
mengases budaya belajar yang ada di organisasi, dilanjutkan dengan
memajukan ha!-hal positif, membuat tempat kerja aman untuk berpikir,
memberi imbalan pada pengambilan risiko, membantu setiap orang untuk
saling menjadi sumber daya bagi orang lain, membuat kekuatan belajar
menjadi berfungsi, memetakan Visi, membawa visi ke kenyataan,
menghubung-hubungkan sistem-sistem yang ada, dan langkah yang terakhir
adalah menyatukan keseluruhan. Agar kesepuluh langkah langkah benjalan
dengan baik, peran pemimpin sangatlah penting (Klien, 1993).
Pentingnya peran pemimpin sejalan dengan pendapat Senge (1996)
yang menyatakan bahwa perubahan yang signifikan tidak akan terjadi kecuali dimotori dari atas, tidak ada gunanya memulai suatu proses perubahan tanpa
keikutsertaan CEO, dan tidak akan terjadl apa-apa bila manajemen puncak tidak menginginkannya. Namun dari hasil penelitiannya di berbagai organisasi
yang melakukan organisasi pembelajaran, kemauan dari CEO saja tidak cukup (Senge, 1999). Seluruh lapisan karyawan. mulai dari CEO sampai pemimpin lini, harus turut memiliki atau menghayati visi yang sama, bahwa organisasi mereka adalah organisasi pembelajaran. '
Karakteristik pemimpin dalam suatu organisasi sangat menentukan
keberhasilan suatu organisasi untuk menjadi organisasi yang belajar.
Pemimpin dari tingkat atas sampai satu tingkat diatas pelaksana harus
menjadi agen perubahan yang diinginkan. Kemampuan dan kematangan
dalam berkomunikasi sangat diperlukan seorang pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpin harus mampu menggerakkan bawahannya dan mendorong
mencapai produktivitas dan semangat kerja yang optimal. Untuk dapat
melakukan hal tersebut seorang pemimpin harus mampu melihat situasi,
mendukung bawahannya dan penuh antusias dalam bekeija. Menurut Villere
(1981) pemimpin seperti ini disebut pemimpin yang efektif. Dalam
menggambarkan pemimpin yang efektif ini, Villere menggunakan konsep
Transaksional Analysis (Analisis Transaksional) yang ditemukan oleh Eric Berne. Menurut Villere (1981) kita dapat melihat kepribadian dan gaya kepemimpinan seseorang secara sekaligus dengan mengetahui ego state apa yang dominan pada diri seseorang. Pemimpin efektif menurut Villere dapat digambarkan sebagai seorang yang memiliki ego state Dewasa sebagai eksekutif dalam kepribadiannya dan didukung oleh ego state Nurturing Parent
(orang Tua Pengasuh) dan ego state Free Child (Anak Bebas). Dengan ego
state Dewasa sebagai eksekutif dalam kepribadiannya, ia dapat secara
rasional memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, merekam
kejadian-kejadlan untuk dipelajari dan selanjutnya dimanfaatkan. Dengan ego state Orang Tua Pengasuh, ia juga mampu mengembangkan bawahannya untuk menjadi Dewasa pula. Keantusiasannya dalam bekerja membawa suasana yang bersemangat dalam bekerja, yang merupakan ciri khas ego state Anak Bebas. Profil pemimpin seperti ini yang sudah diteliti dan dikembangkan melalui pelatihan di berbagai berusahaan oleh Villere dan teman-temannya.
Penelitian Vlllere dan Wagner (1981) menunjukkan banwa dengan
pendekatan analisis transaksional pemimpin di organisasi-organisasi yang diteliti dapat dikembangkan menjadi pemimpin yang efektif. Penelitian Kline tentang sepuluh langkah yang dapat digunakan untuk menjadikan organisasi
menjadi organisasi pembelajaran juga menunjukkan bahwa peran pemimpin
sangat pentlng. Pertanyaan yang muncul adalah apakah pemimpin efektif
seperti yang dikembangkan oleh Viliere dan Wagner ini dapat membawa
organisasinya menjadi organisasi pembelajaran? Oleh karena Itu peneliti tertarik untuk melihat apakah pemimpin yang memiliki profil ego state pemimpin efektif seperti yang dlkemukakan Wlere dan Wagner memiliki organisasi dengan ciri-ciri organisasi pembeiajaran sebagaimana dikemukakan Kline, pada beberapa perusahaan di Jakarta.
Melalui metode uji korelasi koefisien blserlal, dilakukan uji hipotesis mengenai hubungan antara ego state pemimpin dengan tingkat Organisasi pembelajaran dilaksanakan dalam unit kerjanya. Dari hasil penelitian ini dibuktikan ada hubungan antara ego state pemimpin dengan tingkat pembelajaran dalam organisasi yang dilaksanakan di unit kerjanya.

 File Digital: 1

Shelf
 T-PDF Ronny Hanggoro.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T37963
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : vi, 98 pages; illustration; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T37963 15-19-519007121 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20344010