Penelitian ini ingin mengotahui hubungan antara stres konflik peran, locus of conlrol dan coping secara borsama pada kepuasan kerja sopir taksi. Kepuasan kerja yang akan diteliti adalah kepuasan kerja terhadap aspek-aspek pekerjaan dankepuasan kerja secara umum. Subyek penelitian adalah 226 sopir taksi di JakartaData diperoleh melalui kuesioner Stres konflik Peran, Locus of Control dari Rotter, Coping dari Lazanls, kuesioner Job Descrmlive Index (JDI) versi tahun 1997 dan Job In General (JIG).Uji validitas alot ukur dilakukan dengan menggunakan metode inferno!conszszency, sedangkan perhitungan reliabilitas alat ukur menggunakan metode Cronbach aknha.Metode analisis yang digunakan adalah teknik Analisa Regresi Berganda.Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antnra stres kontiik peran, locus of control dan coping seoara bersama dengnn masing-masingvariabei kepuasan keljac Baik kepuasan terhadap aspek tugas (JS~work),upah (JS-pay), promosi (JS promotion), supervisi (JS-supervisi) dan penumpang (JS clienz) mnupun kepuasan kerja secara umum (JIG). Stres konflik peran memberisumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion dan JIG. Locus of control memberi sumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion, JS-sqpervisi dan JS-client. Coping memberikan sumbangan yang bermalma terhadap JS-pay, JIS-promotion, JS-srqoervisi dan JS-client.Hasil lain yang diperoleh adalah adanya perbedaan yang signifikan (1)vaxiabel stres konflik peran, coping, JS-work, JS-pay dan JS-clien! di antara sopir taksi yang internal locus of control dan sopir taksi yang external locus of control,(2) variabcl JS-work, LS-pay, JS-supervision dan JIG di antara sopir taksi dengan stres konflik peran tinggi dan sopir taksi dengan stres konflik peran rendah, (3)variabel Stres konflik peran, coping, JS-promotion, dan JSĀ»Supervisi0n di anfarasopir taksi dengan sistem upah setoran dan sistem upah komisi.Saran yang diajukan (1) perusahaan harus memperhatikan stres konflikperan, locus of control dan coping dalam meningkatkan atau mempertahankan kepuasan kezja sopir taksi, (2) diadakan pelatihan yang kontinyu mengenai aspekpsikologis, (3) melakukan penelitian lanjutan agar alat ukur JDI dan JIG dapat dipergunakan sebagai alat ukur baku di Indonesia. |