Penelitian ini membahas tentang tingkat kekeringan dan kerentanan wilayah terhadap kekeringan di Kabupaten Gunungkidul sebagai dampak terjadinya perubahan iklim yang ditinjau dari aspek keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif. Kabupaten Gunungkidul yang memiliki fisiografis karst, secara umum sering mengalami kekeringan. Kerentanan wilayah terhadap kekeringan dikaji secara spasial dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process atas parameter durasi bulan kering, kemiringan lereng, penggunaan tanah, ketersediaan pipa PDAM, jarak desa ke Ibukota Kabupaten, kepadatan penduduk, kemiskinan, beban tanggungan hidup per kepala keluarga dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data, wilayah kekeringan terendah dapat dijumpai di 29 desa yang berada di selatan bagian timur dan sedikit di utara bagian timur dengan durasi bulan kering hanya sepanjang 2-3 bulan kering saja, sedangkan wilayah dengan tingkat kekeringan tertinggi dapat ditemui di 12 desa yang mengelompok di utara bagian timur dengan panjang bulan kering lebih dari 6 bulan. Kerentanan wilayah terhadap kekeringan di Kabupaten Gunungkidul menunjukkan keterkaitan yang cukup nyata dengan kondisi fisiografis daerah penelitian. Kerentanan wilayah terhadap kekeringan di daerah penelitian didominasi oleh wilayah dengan wilayah kerentanan sangat tinggi sebanyak 43 desa yang tersebar di selatan bagian barat dan sebagian tengah daerah penelitian dimana wilayah kerentanan sangat tinggi ini merupakan Zona Pegunungan Batur Agung dan Karst Gunung Sewu. The focus of this research discusses about the level of drought and place vulnerability to drought in Gunungkidul as the impact of climate change in terms of exposure, sensitivity and adaptive capacity. Gunungkidul have a karst Physiographic, in general often occur drought. Place vulnerability to drought examined spatially using the Analytical Hierarchy Process with parameters dry months duration, slope, land use, availability of pipeline PDAM, village distance to the Capital District, population density, poverty, dependents living per head of family and education level. Based on the analysis of data, the lowest drought areas can be found in 29 villages in the east and a little south in the north eastern part of the duration of the dry season just round 2-3 dry months, whereas the region with the highest level of drought can be found in 12 villages clustered in the north eastern part of the long dry months more than 6 months. Vulnerability to drought areas in Gunungkidul showed fairly significant linkage with Physiographic conditions of the study area. Vulnerability to drought areas in the study area is dominated by regions with very high vulnerability areas as many as 43 villages scattered in the southern part of the western and central part of research areas in which this region is Mountainous Zone Batur Agung and Karst Gunung Sewu. |