ABSTRAK HIV-AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Saat ini, kasusHIV-AIDS tak hanya didominasi oleh kelompok populasi berisiko, namun telahmenyebar hingga populasi ibu rumah tangga dan anak-anak. Pelanggan WPS didugaberperan sebagai populasi yang menjembatani transmisi HIV melalui hubunganseksual. Berbagai program dilakukan untuk memutus rantai transmisi tersebut, satudiantaranya adalah program promosi penggunaan kondom pada hubungan seksualberisiko. Namun sayangnya hingga saat ini konsistensi penggunaan kondom padahubungan seksual berisiko masihlah rendah, dan penolakan pelanggan masihmerupakan penyebab utama. Selama ini, intervesi program untuk populasi umum lebihberfokus pada peningkatan pengetahuan tentang HIV-IMS dan manfaat kondom.Peningkatan pengetahuan diharapkan akan mendorong perubahan perilaku penggunaankondom. Berdasarkan konsep Health Belief Model (HBM) selain pengetahuan, adabanyak faktor yang mempengaruhi perilaku, diantaranya persepsi, dan isyarat untukbertindak (cues to action).Penelitian ini menggunakan data hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku(STBP) 2011 dengan memilih 906 responden yang pernah melakukan hubungan seksdengan WPS dalam setahun terakhir. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)digunakan untuk membangun hubungan antara pengetahuan tentang HIV, persepsikerentanan terinfeksi HIV dan manfaat kondom, serta isyarat untuk bertindak(ketersediaan kondom, intervensi program pencegahan HIV dan keterpaparan mediainformasi tentang HIV-AIDS) dengan perilaku penggunaan kondom pada pelangganWPS.Hasil penelitian menunjukkan hanya 17,4 % responden yang konsistenmenggunakan kondom pada hubungan seks dengan WPS dalam setahun terakhir.Persepsi terkait kerentanan akan HIV dan manfaat kondom memiliki pengaruh terbesarterhadap perilaku penggunaan kondom pada pelanggan WPS (r = 0,78), danpengetahuan tentang HIV cenderung mempengaruhi persepsi tersebut (r = 0,5).Konsistensi penggunaan kondom pada pelanggan WPS yang rendah sangatdipengaruhi oleh persepsi akan kerentanan terinfeksi HIV dan manfaat kondom. Untukmeningkatkan penggunaan kondom pada pelanggan WPS, disarankan adanyaintervensi yang tak hanya merubah pengetahuan, namun mampu merubah persepsitersebut dengan pendekatan yang tepat. ABSTRACT HIV-AIDS is one of health problems in Indonesia. Nowdays, HIV-AIDS cases isnot only dominated by population at risk but also spread to housewife and childrenpopulation. Female Sexs Worker‟s client (FSW‟s Client) are suspected as a bridgepopulation of HIV transmission through sexual intercourse. Many programs have beendone to prevent the transmission, one of the program is condom promotion on riskysexual behaviour. Unfortunately, there is still low consistency in condom use andclient rejection remains a major cause. Up to now, intervention program for generalpopulation is more focused on increasing the knowledge about HIV and STI, and alsobenefits of condom use. Increased knowledge will hopefully encourage condom use.Based on Health Belief Model, instead of knowledge there are many factors influencethe behaviour, such as perception and cues to action.This study use data from Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS)2011, by select 906 respondent who ever had sexual intercourse with FSW in the lastyear. Structural Equation Modelling (SEM) is used to create the correlation betweenknowldge of HIV, perception of susceptibility, seriousness and condom benefit, andalso cues to action (condom availability, intervention, and media) with condom useamong FSW‟s Client.The result shows that only 17,4 % respondents who consistently used condomsduring sexual intercourse with FSW in the last year. Perception related to HIVsusceptibility, and benefit of condom use have the biggest influence toward condomuse among FSW‟s Client (r = 0,78) and the knowledge about HIV influence tends toaffect the perception (r = 0,50).Inconsistency of condom use among FSW‟s Client influence by perception ofsusceptibility and condom benefit. To increase consistency of condom use amongFSW‟s Client, we suggest that the intervention not only to increase the knowledge, butneed to be able to change perception The best approach is very needed to changeFSW‟s client perception |