:: UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Identifikasi dan mekanisme aksi senyawa sitotoksik pada tanaman sisik naga pyrrosia piloselloides l mg price terhadap sel kanker mcf 7 t47d dan widr = Identification and cytotoxicity mechanism sisik naga pyrrosia piloselloides l mg price cytotoxic compounds on mcf 7 t47d and widr cancer cell

Erna Tri Wulandari; Berna Elya, promotor (Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014)

 Abstrak

[ABSTRAK
Breast cancer is the first rank in the occurrence of cancer in women.
Therefore, breast cancer drugs that inhibit cell growth and kill breast cancer cells
selectively without affecting the normal cells are very important. Sisik naga was
empirically used as medicine for breast and colon cancer. Sisik naga leaf extract
was revealed to be cytotoxic against MCF-7 with an IC50 of 83.63 µg/ mL. Sisik
naga chemical constituents that have cytotoxicity are flavonoid, saponin, steroid,
tannin and terpenoid. Flavonoid, saponin and tannin are the soluble in polar
solvent, while terpenoid and saponin aglycone are soluble in non polar organic
solvent. This study aims to find the cytotoxic activity of isolated compounds from
sisik naga against breast cancer (MCF-7 and t47D) and colon cancer (WiDr)
compared to normal (Vero) cells. Observation of the mechanism of cell death was
observed by ethidium bromide-acridine orange double stanning, p53 and caspase
3 expression, and FTIC annexin v-propidium iodide stanning. Cytotoxic bioactive
were extracted using hexane, dichloromethane and methanol solvent respectively,
followed by fractionation and isolation using column chromatography with silica
gel 60 as stationary phase and n-hexane, ethyl acetate and methanol as mobile
phase. Identification of the isolated compounds structure with most cytotoxicity
was done. The results showed that dichloromethane extract, fractions II of
dichloromethane extract and I2 compounds isolated from fraction II
dichloromethane extracts of sisik naga were most cytotoxic to MCF-7, t47D, and
WiDr, while non cytotoxic to Vero cells. Exposure to compound I2 at IC50
concentration on MCF-7, t47D, and WiDr caused increased cell death, p53 and
caspase 3 expression, and increased of dead cell due to apoptosis, but showed no
effect on Vero cell. Identification of IR, 1H-NMR, 13C-NMR spectrum and MS
spectrum of I2 compound showed that the compound were β-sitosterol
(C29H50O). The in silico screening showed that β-sitosterol appeared to bind on
the active site of CDK2 at Leu83, which cause acceleration from S phase to G1
phase and apoptosis.

ABSTRAK
Kanker payudara menempati urutan pertama banyaknya kejadian kanker
pada wanita. Kebutuhan obat antikanker payudara yang mampu menghambat
dan mematikan pertumbuhan sel kanker payudara tanpa mempengaruhi sel normal
sangat penting. Secara empiris tanaman sisik naga digunakan sebagai obat kanker
payudara dan kanker kolon. Ekstrak daun sisik naga mempunyai sifat sitotoksik
terhadap MCF-7 dengan IC50 sebesar 83,63 µg/mL. Kandungan kimia sisik naga
yang kemungkinan aktif sitotoksik adalah flavonoid, saponin, steroid, tanin dan
terpenoid. Flavonoid, saponin dan tanin larut dalam pelarut polar sedangkan
terpenoid dan aglikon saponin larut dalam pelarut organik non polar. Penelitian ini
bertujuan mencari aktivitas sitotoksik senyawa hasil isolasi tanaman sisik naga
terhadap sel kanker payudara (MCF-7 dan t47D) dan kanker kolon (WiDr)
dibandingkan sel normal (Vero). Pengamatan mekanisme kematian sel diamati
dengan pengecatan double stanning etidium bromida-akridin orange, % ekspresi
p53 dan caspase 3, serta FTIC annexin v-propidium iodida. Ekstraksi kandungan
bioaktif sitotoksik menggunakan pelarut n-heksan, diklorometana dan metanol
kemudian dilanjutkan fraksinasi dan isolasi menggunakan kromatografi kolom
dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak n-heksan, etil asetat dan metanol.
Identifikasi struktur dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi terpilih yang paling
sitotoksik. Hasil penelitian diperoleh ekstrak diklorometana, fraksi II ekstrak
diklorometana dan senyawa I2 hasil isolasi fraksi II ekstrak diklorometana
tanaman sisik naga paling toksik terhadap sel MCF-7, t47D, WiDr dan non toksik
pada sel Vero. Pemberian senyawa I2 konsentrasi IC50 terhadap sel MCF-7, t47D,
dan WiDr menyebabkan peningkatan kematian sel, % ekspresi p53, % ekspresi
caspase 3 dan jumlah sel mati karena apoptosis tetapi tidak menimbulkan efek
pada sel Vero. Hasil identifikasi spektrum IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan MS
senyawa I2 adalah β-sitosterol (C29H50O). Penapisan in silico nampak β-sitosterol
berikatan dengan CDK2 dengan sisi aktif pada Leu83 akibatnya fase S
dipersingkat kembali menuju G1 dan terjadi apoptosis.;Kanker payudara menempati urutan pertama banyaknya kejadian kanker
pada wanita. Kebutuhan obat antikanker payudara yang mampu menghambat
dan mematikan pertumbuhan sel kanker payudara tanpa mempengaruhi sel normal
sangat penting. Secara empiris tanaman sisik naga digunakan sebagai obat kanker
payudara dan kanker kolon. Ekstrak daun sisik naga mempunyai sifat sitotoksik
terhadap MCF-7 dengan IC50 sebesar 83,63 µg/mL. Kandungan kimia sisik naga
yang kemungkinan aktif sitotoksik adalah flavonoid, saponin, steroid, tanin dan
terpenoid. Flavonoid, saponin dan tanin larut dalam pelarut polar sedangkan
terpenoid dan aglikon saponin larut dalam pelarut organik non polar. Penelitian ini
bertujuan mencari aktivitas sitotoksik senyawa hasil isolasi tanaman sisik naga
terhadap sel kanker payudara (MCF-7 dan t47D) dan kanker kolon (WiDr)
dibandingkan sel normal (Vero). Pengamatan mekanisme kematian sel diamati
dengan pengecatan double stanning etidium bromida-akridin orange, % ekspresi
p53 dan caspase 3, serta FTIC annexin v-propidium iodida. Ekstraksi kandungan
bioaktif sitotoksik menggunakan pelarut n-heksan, diklorometana dan metanol
kemudian dilanjutkan fraksinasi dan isolasi menggunakan kromatografi kolom
dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak n-heksan, etil asetat dan metanol.
Identifikasi struktur dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi terpilih yang paling
sitotoksik. Hasil penelitian diperoleh ekstrak diklorometana, fraksi II ekstrak
diklorometana dan senyawa I2 hasil isolasi fraksi II ekstrak diklorometana
tanaman sisik naga paling toksik terhadap sel MCF-7, t47D, WiDr dan non toksik
pada sel Vero. Pemberian senyawa I2 konsentrasi IC50 terhadap sel MCF-7, t47D,
dan WiDr menyebabkan peningkatan kematian sel, % ekspresi p53, % ekspresi
caspase 3 dan jumlah sel mati karena apoptosis tetapi tidak menimbulkan efek
pada sel Vero. Hasil identifikasi spektrum IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan MS
senyawa I2 adalah β-sitosterol (C29H50O). Penapisan in silico nampak β-sitosterol
berikatan dengan CDK2 dengan sisi aktif pada Leu83 akibatnya fase S
dipersingkat kembali menuju G1 dan terjadi apoptosis., Kanker payudara menempati urutan pertama banyaknya kejadian kanker
pada wanita. Kebutuhan obat antikanker payudara yang mampu menghambat
dan mematikan pertumbuhan sel kanker payudara tanpa mempengaruhi sel normal
sangat penting. Secara empiris tanaman sisik naga digunakan sebagai obat kanker
payudara dan kanker kolon. Ekstrak daun sisik naga mempunyai sifat sitotoksik
terhadap MCF-7 dengan IC50 sebesar 83,63 µg/mL. Kandungan kimia sisik naga
yang kemungkinan aktif sitotoksik adalah flavonoid, saponin, steroid, tanin dan
terpenoid. Flavonoid, saponin dan tanin larut dalam pelarut polar sedangkan
terpenoid dan aglikon saponin larut dalam pelarut organik non polar. Penelitian ini
bertujuan mencari aktivitas sitotoksik senyawa hasil isolasi tanaman sisik naga
terhadap sel kanker payudara (MCF-7 dan t47D) dan kanker kolon (WiDr)
dibandingkan sel normal (Vero). Pengamatan mekanisme kematian sel diamati
dengan pengecatan double stanning etidium bromida-akridin orange, % ekspresi
p53 dan caspase 3, serta FTIC annexin v-propidium iodida. Ekstraksi kandungan
bioaktif sitotoksik menggunakan pelarut n-heksan, diklorometana dan metanol
kemudian dilanjutkan fraksinasi dan isolasi menggunakan kromatografi kolom
dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak n-heksan, etil asetat dan metanol.
Identifikasi struktur dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi terpilih yang paling
sitotoksik. Hasil penelitian diperoleh ekstrak diklorometana, fraksi II ekstrak
diklorometana dan senyawa I2 hasil isolasi fraksi II ekstrak diklorometana
tanaman sisik naga paling toksik terhadap sel MCF-7, t47D, WiDr dan non toksik
pada sel Vero. Pemberian senyawa I2 konsentrasi IC50 terhadap sel MCF-7, t47D,
dan WiDr menyebabkan peningkatan kematian sel, % ekspresi p53, % ekspresi
caspase 3 dan jumlah sel mati karena apoptosis tetapi tidak menimbulkan efek
pada sel Vero. Hasil identifikasi spektrum IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan MS
senyawa I2 adalah β-sitosterol (C29H50O). Penapisan in silico nampak β-sitosterol
berikatan dengan CDK2 dengan sisi aktif pada Leu83 akibatnya fase S
dipersingkat kembali menuju G1 dan terjadi apoptosis.]

 File Digital: 1

Shelf
 D1475-Erna Tri Wulandari.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : D1475
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xxvii, 205 pages : illustration ; 28 cm. + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D1475 07-17-129076448 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20364595