ABSTRAK Efek Heat Island (HI) Jakarta dikaji menggunakan data suhu permukaan di 9(sembilan) Stasiun Meteorologi Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,Cengkareng, Pondok Betung, Curug, Bogor, Citeko selama 1986-2008 (23 tahun)dan Serpong selama 2008-2011 dan 2013; penggunaan dan tutupan lahan: terbukahijau, industri, badan air, pemukiman, lahan terbuka pada 1997, 2004, 2009, 2012;dan jumlah industri dan transportasi selama 1986-2011 (26 tahun). Metodeanalisis harmonik digunakan untuk menghilangkan pengaruh dominan faktormusiman dan dilakukan perataan bergerak (moving average) 30 harian agardiperoleh tren deret waktu suhu yang lebih jelas serta Mann-Kendall untukmengetahui tingkat kepercayaan persamaan tren. Hasil studi menunjukkan industrimerupakan faktor utama perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Jakartadengan laju kenaikan/tahun 502 Ha (10,3%) terkonsentrasi di wilayah JakartaTimur. Aktivitas industri menyebabkan kenaikan alih fungsi tutupan lahanberbanding lurus dengan penurunan fungsi lahan hijau dan lahan terbuka diJakarta selama 2009-2012 (4 tahun) dimana laju kenaikan 38,8%/tahun lahanindustri diikuti laju penurunan 8,3%/tahun dan 13,8%/tahun untuk masing-masingfungsi lahan hijau dan lahan terbuka. Efek HI menyebabkan tren laju kenaikansuhu/tahun di Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim, Pondok Betung,Cengkareng, Curug, dan Bogor berturut-turut sebesar 0.051°C, 0.021°C, 0,018°C,0.012°C, 0.006°C, 0.006°C, 0.005°C, dan 0.004°C. Jumlah hari hujan R>40mm,R>50mm, dan R>100mm di Jakarta mengalami kenaikan tren pada tingkatkepercayaan 90% selama tahun pengamatan, dimana Jakarta lebih banyakmenerima curah hujan ekstrim dibandingkan daerah pegunungan. Kenaikan trencurah hujan diikuti dengan peningkatan konsentrasi aerosol SO2 dan NO2 didaerah Kemayoran dan terbukti telah menyebabkan kenaikan kejadian banjir diJakarta. ABSTRACT Heat Island (HI) effect in Jakarta has been studied using air temperature at 9(nine) meteorological stations: Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,Cengkareng, Pondok Betung, Curug, Bogor, Citeko during 1986-2008 (23 years)and Serpong during 2008-2011 and 2013; land use and land cover of forest,industry, water, settlement, and open/cleared land in 1997, 2004, 2009, 2012; andtotal number of industry and transportation during 1986-2011. Harmonic analysisused to remove seasonal component from temperature time series data and filteredby 30-day-moving-average technique to capture its trends with significant test byMann-Kendall method. The results show that industry played as major factor inland use and land cover changes (LULCC) over Jakarta with increasinggrowth/year of 502 Ha (10.3%) concentrated in the East Jakarta. Industry hassimilar spatial cover change with deforestation and open/cleared land expandingremarkably in Jakarta during 2009-2012 (4 years) by 38.8%/year (industry),8.3%/year (deforestation), and 13.8%/year (open/cleared land). HI effectincreased temperature trend rate/year in Jakarta, Tanjung Priok, Serang, Halim,Pondok Betung, Cengkareng, Curug, Bogor about 0.051°C, 0.021°C, 0,018°C,0.012°C, 0.006°C, 0.006°C, 0.005°C, 0.004°C, respectively, equivalent withaveraged warming in the city, suburban, and mountainous areas around 2.5°C,0.6°C, and 0.4°C, respectively within 100 years since 2009. Rainfall daysR>40mm, R>50 mm, and R>100mm in Jakarta during year observationsexperienced increasing trend with 90% statistically significant. Jakarta receivedmore rainfall extreme than mountanious area. Increasing rainfall trend followedby increasing trend of aerosols SO2 and NO2 in Kemayoran and it has beencausing increasing number of floods. |