:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Masalah independensi penyelenggara pemilu : sikap fraksi Partai Amanat Nasional, fraksi Partai Demokrat dan pemerintah dalam pembahasan revisi Undang-Undang No. 22 tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum = Problem of independency of electoral commission : political stance of the fraction of National Mandate Party, fraction of Democrat Party and government discussion revision Act No. 22 year 2007 about electoral commission / Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo; Valina Singka Subekti, examiner; Syamsuddin, examiner; Kamarudin, examiner; Syaiful Bahri, examiner ([Publisher not identified] , 2013)

 Abstrak

ABSTRAK
Sejak Pemilu 1955 sampai dengan Pemilu 2009, perdebatan tentang keikutsertaan
partai politik sebagai bagian dari penyelenggara pemilu sudah menjadi perdebatan
dikalangan partai politik di DPR. Dalam pembahasan Revisi Undang-Undang No 22
Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, persoalan independensi
penyelenggara pemilu inipun muncul. Fraksi PAN, fraksi PD dan Pemerintah pada
awalnya menolak usulan fraksi-fraksi lain di DPR untuk memasukkan unsur partai
politik sebagai bagian komisioner Penyelenggara Pemilu. Trauma atas fenomena
kasus Pansus DPT pemilu 2009 dan Panja Mafia Pemilu di DPR memberikan indikasi
bahwa kredibilitas dan integritas Penyelenggara Pemilu periode 2009 belum optimal.
Akhirnya, didalam proses pengambil keputusan akhir di DPR terkait independesi
KPU, fraksi PAN, fraksi PD dan Pemerintah mengubah sikap politiknya untuk
mengikuti keinginan fraksi-fraksi lain di DPR. Mengapa fraksi PAN, fraksi PD dan
Pemerintah akhirnya merubah sikap politiknya?
Teori yang digunakan didalam penelitian ini adalah teori demokrasi dan pemilu Juan
Linz, Larry Diamond, dan Seymour Martin Lipset, teori kebijakan partai politik Hans
Deiter Klingeman, teori elit Getano Mosca dan Robert Putnam, dan teori konsensus
dan konflik Maswadi Rauf dan Maurice Duverger. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan
data, yakni data yang diperoleh dari wawancara yang digunakan sebagai sumber data
primer dan studi kepustakaan (literature review) yang digunakan sebagai sumber data
sekunder.
Kesimpulan penelitian bahwa sebagai sebuah proses politik, maka keputusan yang
diambil berdasarkan kompromi merupakan keputusan yang paling moderat yang
dapat diambil diantara banyaknya perbedaan di antara fraksi-fraksi termasuk
Pemerintah. Oleh karena itu keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
demokratis sebagaimana tesis Hans Deiter Klingeman bahwa prosedur yang
demokratis semestinya menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan
kehendak rakyat luas.Implikasi teoritis menunjukkan bahwa pendekatan konsensus
politik, kebijakan partai politik didalam prosedur negara demokratis dan pendekatan
elit telah memberikan implikasi positif terhadap proses pengambilan keputusan
pembahasan Revisi UU No 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

ABSTRACT
Since general election 1955 to 2009, the discussion of involvement of political parties
as part of Electoral Commission Bodies have appeared among policy makers. In
Discussion Revision Act No 22 Year 2007 about Electoral Commission, one of
crussial debate among parliament members is wheter or not the Electoral Commission
must be independent. Political stance of the fraction of National Mandate Party, the
fraction of Democrat Party, and the goverment rejected other fractions idea to involve
political party members as part of Electoral Commission members. Finally, case of
“DPT 2009 and Panja Mafia Pemilu 2009” realized the credibility and integrity of
Electoral Commission wasn’t good. Therefore, the final decision of the fraction of
National Mandate Party, the fraction of Democrat Party, and the government have
changed to deal with other parties. Why did they change their political stance?
The research theories are general election and democracy by Juan Linz, Larry
Diamond and Seymour Martin Lipset, political party decision by Hans Deiter
Klingeman, elite by Getano Mosca and Robert Putnam, consensus and conflict by
Maswadi Rauf and Maurice Duverger. This research used qualitative method and two
kind of collecting data methodology, such as interview that will used as primary data
and literature review as secondary data.
The conclusion of this research, the policy decision making process was decided by
compromise among political fraction and government that finally become a moderate
solution. Therefore, the decision that has been made is democratic decision stated by
Hans Deiter Klingeman thesis, that democratic procedure will result decision which
are relevant with general will.
Empirical theory implied political consensus, model of political party of decision
making process and elite theory influenced within policy making process of revision
Act No 22 Year 2007 About Electoral Commission.

 File Digital: 1

Shelf
 T38969-Ganjar Pranowo.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T38969
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2013
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiii, 171 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T38969 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20365163