:: UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

Musik antara estetika dan komoditas = Music between aesthetics and commodity

Stella Kusumawardhani; Ade Armando, supervisor (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014)

 Abstrak

Pertunjukan seni musik menjadi sebuah pertunjukan yang menonjolkan nilai estetis, namun di sisi lain juga telah mengalami komodifikasi. Industri budaya dan penciptaan budaya massa telah memungkinkan musik tidak lagi menjadi sekadar seni, namun telah menjadi komoditas. Hal ini ditunjukkan dalam fenomena yang ditunjukkan dalam beberapa konser seni musik di Indonesia. Namun dalam hal ini, sebenarnya masih ada pertunjukan musik yang mengutamakan nilai estetika dan kebebasan mencipta dan menikmati karya seni. Di samping itu, seni musik saat ini terus mengalami reduksi dan degradasi yang menghasilkan standarisasi yang cenderung konformis dan fetis, sehingga bukannya membebaskan manusia selayaknya hakikat seni yang sesungguhnya, namun justru menjebak manusia dalam fetisisme komoditas. Adorno dalam Teori Estetikanya menjelaskan tentang seni musik populer yang berbeda dengan seni musik budaya tinggi yang dicontohkan oleh karya-karya musik klasik. Baginya, seni musik yang ideal adalah seni musik yang penuh kebebasan dan mampu melepas keterasingan manusia dari kehidupannya.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa seni musik, khususnya di Indonesia, telah mengalami komodifikasi dan fetsisime komoditas musik sudah nyata terjadi. Tidak hanya pada musik populer, namun juga pada musik klasik itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk melepaskan seni musik dari kepentingan-kepentingan ekonomi dan ideologis dengan mengutamakan nilai estetis dan hakikat seni itu sendiri, yakni untuk liberalisation dan revelation.

Musical art performance has become a show with aesthetical value that in the other hand experiences commodification. Cultural industry and mass cultural producer have allowed music to not only become art, but also commodity. This is shown by the phenomena of several musical concerts in Indonesia. At the same time, musical art these days keeps on experiencing reduction and degradation that result to standardization which tends to be conforming and fetish. Thus, instead of liberating people as what true art does, it leads people to commodity fetishism. Adorno in his Aesthetic Theory explains about popular music art which is different than high cultural art such as classical music artwork. To him, ideal musical art would be the kind of musical art which is liberating and able to release people?s alienation from their life.
This research explains that musical art, particularly in Indonesia, has experienced commodification and that commodity fetishism has been seen happening in reality. Not only to popular music, but also to classical music itself. Therefore, efforts to free musical art from economic and ideological interests are needed by implementing its true values which are liberalization and revelation.

 File Digital: 1

Shelf
 MK-Stella Kusumawardhani.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : MK-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : 24 hlm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
MK-Pdf 10-20-202493289 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20368856