Penelitian ini berawal dari adanya kesenjangan pandangan masyarakat dan kecemasan orang tua apabila anaknya menderita gangguan pendengaran, akan mengalami hambatan perkembangan kepribadian. Anak tunarungu mengalami gangguan dalam perkembangan kepribadian, karena kesulitan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Akibatnya anak tunarungu menjadi impulsif, egosentrik dan kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sekarang tidak banyak sekolah berasrama disediakan untuk menampung anak tunarungu, karena masyarakat menganggap bahwa anak tunarungu yang bersekolah pada sekolah berasrama, akan terkucilkan dan merasa asing dengan keluarganya. Memang problema ketulian cukup kompleks, walaupun tidak lebih penting dari problem kecacatan lainnya. Kehilangan stimulus pendengaran merupakan suatu "misteri", karena bentuk kecacatan seperti ini tidak nampak dari luar, namun tetap merupakan kendala dalam perkembangan kepribadian anak tunarungu.Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terungkap sejauh mana hubungan faktor internal dan eksternal berperan terhadap keberhasilan belajar dan pembentukan konsep diri anak tunarungu di sekolah residensial. Topik penelitian ini dibahas melalui kepustakaan yang ada, dan dirumuskan 3 hipotesis untuk diuji keberartiannya secara statistik. Analisis data dilakukan denga SPSS, untuk mencari korelasi tunggal dan korelasi ganda. Dari hasil analisis tersebut, maka ke 3 hipotesis sebagai model hubungan fungsional secara bersama-sama telah terbukti keberartiannya, namun keberartian dari setiap koefisien regressi hendaklah diteliti satu demi satu.Hasil yang diperoleh untuk hipotesis 1 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada peran bapak, peran pembimbing asrama dan peran guru dengan keberhasilan siswa tunarungu sekolah residensial yang tidak dipertimbangkan pada hipotesis 1, adalah variabel inteligensi, derajat ketunarunguan dan peran ibu dengan keberhasilan belajar siswa tunarungu sekolah residensial.Sedangkan pada hipotesis 2 diperoleh hasil, bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberhasilan belajar dan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial. Yang tidak dipertimbangkan pada hipotesis 2 adalah variabel inteligensi, derajat ketunarunguan, peran bapak, peran ibu, peran guru, peran pembimbing asrama dengan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial. Pada hipotesis 3, terbukti signifikansi keberhasilan belajar dengan konsep diri siswa tunarungu sekolah residensial.Tesis ini ditutup dengan beberapa sumbang saran, baik saran teoretis maupun praktis, khususnya ditujukan pada fasilitator pendidikan, yakni orang tua, guru serta pembimbing asrama. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti dimasa mendatang khususnya yang berminat untuk memperluas wawasan pengalaman bidang Psikologi Luar Biasa, serta demi kemajuan pendidikan SLB-B di negara kita. |