ABSTRAK Problem intimacy cukup sering terungkap sebagai isu yang signifikan dalam relasipersonal maupun dalam setting klinis. Merujuk Bagarozzi (2001), intimacytercapai ketika individu dan pasangan terlibat dalam aktivitas yang mutualityreceptive and reciprocating (melakukan self-disclosure dan mengekspresikankebutuhan yang dirasakan secara mendalam, luas, dan berkualitas, serta salingmemuaskan kebutuhan ini). Dengan demikian, intimacy meliputi aspek kebutuhanakan intimacy individu serta kepuasannya atas receptivity (tanggapan) danreciprocity (timbal balik) pasangan. Ketiga aspek inilah yang hendak diukur olehIntimacy Needs Survey ciptaan Dennis A Bagarozzi tahun 1990. Konstrukintimacy bersifat multidimensi, sehingga ketiga aspek itu dikaji dalam sembilankomponen kebutuhan, yaitu Emotional, Psychological, Intellectual, Sexual,Physical/Nonsexual, Spiritual, Aesthetic, Social and Recreational Intimacy, sertaTemporal Intimacy. Untuk kepentingan klinis, manfaat sebuah tes ditentukan olehkemampuannya dalam mengukur apa yang hendak diukur secara subjektif,individual, afektif, dan dinamis. Karena itu, peneliti menggali aspek-aspekintimacy dalam tes ini melalui wawancara mendalam pada tiga individu dewasamuda dalam masa awal pernikahan. Hasil adaptasi tes juga diberikan kepada parasubjek. Secara umum, tes ini cukup mampu merefleksikan realita yang dihayatisubjek. Kondisi yang terefleksikan secara lebih akurat adalah kekuatan komponenkebutuhan yang cukup dibutuhkan oleh subjek serta kadar kepuasan atasreceptivity dan reciprocity dalam komponen yang sangat bermakna bagi subjek.Keterbatasan tes ini meliputi terbatasnya kategori kekuatan kebutuhan serta tidakdiperhitungkannya signifikansi makna dari kebutuhan atau harapan yangdipuaskan bagi subjek. Penyimpulan hasil tes juga belum memperhitungkankemungkinan adanya kecenderungan individual untuk memberikan skor-skorekstrem. Selain itu, belum operasionalnya item-item tes bisa mendorongmunculnya beragam penafsiran. Namun sebagai alat bantu klinis, Intimacy NeedsSurvey cukup mampu menginformasikan aspek-aspek yang layak diperhitungkanoleh para profesional untuk ditindaklanjuti melalui wawancara dan konseling. |