ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku sosioemosionaldan tahap perkawinan dengan kepuasan perkawinan. Pengujian hipotesis dilakukanterhadap 258 subyek, yang terdiri dari 129 pasangan suami-isteri. Hasil penelitian secaraumum menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara perilaku sosioemosional,baik yang diberikan maupun yang diterima subyek dengan kepuasan perkawinan. Derajathubungan itu sendiri berbeda antar tahap perkawinan, di mana hubungan terkuatditemukan pada tahap perkawinan 4 (21 - 30 tahun usia perkawinan) dan makin melemahberturut-turut pada tahap 3 ( 1 3 - 2 0 tahun usia perkawinan), tahap 2 (3 - 12 tahun usiaperkawinan), dan tahap 1 (kurang dari atau sama dengan 2 tahun usia perkawinan).Penelitian ini juga menemukan sumbangan yang cukup besar dari perilakusosioemosional terhadap kepuasan perkawinan. Jika dilihat berdasarkan tahapperkawinan, pada perilaku sosioemosional yang diberikan subyek, sumbangan terbesarterjadi pada tahap perkawinan 4, dan makin mengecil pada tahap 3, tahap 2, dan tahap 1.Sedangkan pada perilaku sosioemosional yang diterima subyek, sumbangan terbesarterjadi pada tahap 3, dan semakin mengecil pada tahap 4, tahap 2, dan tahap 1. Sesuaidengan teori pertukaran sosial, temuan ini menegaskan bahwa perilaku positif dan minatseksual merupakan ganjaran yang menimbulkan daya tarik bagi perkawinan, sedangkanperilaku negatif bertindak sebagai biaya yang akan mengurangi daya tarik perkawinan.Pengujian terhadap hubungan antara perilaku sosioemosional antara suami dan isterimenghasilkan temuan bahwa jika ditinjau dari perilaku sosioemosional yang diberikansubyek, hubungan terkuat terjadi antar perilaku positif, dan diikuti berturut-turut olehminat seksual dan perilaku negatif. Sedangkan pada perilaku sosioemosional yangditerima subyek, hubungan yang terjadi adalah sama kuat, baik pada perilaku positif,minat seksual, maupun perilaku negatif. Temuan ini kiranya mendukung teori tentangresiprositas dalam perkawinan, di mana jika suami menunjukkan perilaku positif kepadaisteri, maka isteri akan cenderung ?membalas? berlaku positif kepada suaminya, dansebaliknya.Hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku sosioemosional antartahap perkawinan ternyata tidak sepenuhnya terbukti. Perbedaan hanya ditemukan padadimensi perilaku positif dan minat seksual antara tahap 1 dengan tahap 2, tahap 1 dengantahap 3, dan tahap I dengan tahap 4. Keduanya menunjukkan bahwa tingkat perilakupositif dan minat seksual tertinggi terjadi pada tahap perkawinan 1.Akan halnya variabel kepuasan perkawinan, terbukti bahwa perbedaan kepuasanperkawinan hanya terjadi antara tahap perkawinan 1 dan tahap 2, dimana tingkatkepuasan perkawinan pada tahap 1 lebih tinggi daripada tahap 2. Sedangkan untukkepuasan perkawinan antara suami dan isteri, penelitian ini tidak menemukanperbedaannya. |