ABSTRAK Masa balita merupakan masa kritis terlebih pada periode dua tahun pertama,dimana masa tersebut merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembanganotak yang optimal. Adanya gangguan pertumbuhan dapat memberikan dampaknegatif bagi baduta.Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat maupun dalamwaktu cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat (akut) sering terjadipada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit(misalnya diare dan saluran pernafasan) atau karena tidak cukupnya makanan yangdikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama(kronis) dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi badanDari hasil analisis situasi status gizi balita sebelum dan selama krisis,menunjukan adanya peningkatan prevalensi gizi buruk pada anak usia 6-17 bulansetelah terjadinya krisis. Pada tahun 2000 prevalensi gizi buruk pada anak usia 12-23bulan sebesar 9,8 %, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 10,9 %.Kecamatan Pariaman Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada diKota Pariaman Propinsi Sumatera Barat dengan prevalensi kurang gizi dari indikatorBB/TB pada balita yang cukup tinggi. Pada tahun 2006 prevalensi kurang gizisebesar 8,9% dan meningkat menjadi 13,5% pada tahun 2007. Namun dari cakupanprogram yang telah dilaksanakan telah mencapai target yang ditetapkan. Untukmengetahui penyebab tingginya prevalensi kurang gizi di Kota Pariaman perludilakukan penelitian.Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan karakteristikresponden dan pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi baduta usia6-24 bulan di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Tahun 2008.Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif analitik dengan desain crosssectional(potong lintang). Sampel diambil dengan menggunakan cara survei cepatdengan rancangan klaster. Klaster adalah Posyandu diwilayah Kecamatan PariamanTengah. Dari 46 posyandu, yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 posyandu yangdipilih secara acak. Pemilihan responden dilakukan di posyandu sampel yang jugadipilih secara acak sederhana. Jumlah sampel adalah 300 orang yang diambil 10baduta dari masing-masing posyandu sampel.Hasil penelitian didapatkan baduta yang mengalami kurang gizi dari indikatorBB/TB di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Tahun 2008 sebesar 18,7 %.Hasil uji bivariat dengan chi square terdapat hubungan yang bermakna antarapenyakit infeksi (p=0,0019, OR=3,026), asupan energi (p=0,020, OR=2,816), asupanprotein (p=0,038, OR=2,012) dan tingkat pengetahuan ibu (p=0,045, OR=1,899 )dengan status gizi baduta.Dari hasil analisis multivariat didapati faktor dominan yang berhubungandengan status gizi baduta adalah Penyakit infeksi pada baduta. Baduta yangmengalami sakit infeksi mempunyai resiko 2,838 kali mengalami kurang gizidibanding baduta yang tidak mengalami sakit infeksi setelah dikontrol denganpenyakit infeksi, asupan energi, asupan protein, tingkat pengetahuan dan tingkatpendidikan ibu.Melihat faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi baduta adalahpenyakit infeksi disarankan, agar jajaran kesehatan menghimbau kepada masyarakatuntuk hidup sehat serta memberikan penyuluhan secara individu maupun secaraberkelompok, tentang kesehatan, kebersihan lingkungan dan gizi. |