ABSTRAK Latar Belakang setiap tahun, tidak kurang dari 5.000 remaja ditahan akibatmelakukan tindakan kriminalitas, dari yang ringan hingga berat. Lingkungantahanan merupakan lingkungan yang dipenuhi oleh paparan kekerasan danketerbatasan. Sementara bagi yang akan dibebaskan atau tahap reentry, situasinyajuga memiliki tantangan tersendiri. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yangmenyebabkan tingginya kerentanan anak didik Lapas terhadap kemunculandistress. Di Amerika, 60.5% remaja yang ditahan dan berada pada tahap reentrymengalami kesehatan mental kronis. Dari jumlah tersebut, sebagian besarmengalami depresi dan gangguan cemas, seperti PTSD. Bentuk distresspsikologis yang umum ditemukan adalah kecemasan dan depresi. Distress tinggidapat menyebabkan beberapa gangguan, seperti perilaku merusak dan kesulitanpenyesuaian diri setelah bebas. Oleh karena itu, distress anak didik Lapas tahapreentry perlu mendapatkan intervensi psikologis. Salah satu bentuk intervensiyang efektif adalah Acceptance and Commitment Therapy (ACT). ACT bertujuanmengubah bentuk hubungan individu dengan permasalahannya, bukan lagimemandang sebagai simptom, namun sebagai suatu fenomena psikologis yangwajar dan kemudian mengarahkan tindakan yang dimiliki kepada sesuatu yangsifatnya lebih produktif. Metode Penelitian ini menggunakan one group-beforeand after study design dan accidental sampling. Intervensi ini dilakukan sebanyak6 sesi. Hasil Dua partisipan mengalami penurunan tingkat distress psikologi yangdiketahui melalui penurunan skor Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25).Semantara satu partisipan lainnya mengalami kenaikan tingkat distress psikologis.Evaluasi kualitatif menunjukkan penurunan tingkat distress psikologis setelahpelaksanaan intervensi. Kesimpulan ACT efektif dalam menurunkan tingkatdistress psikologis pada anak didik Lapas Tangerang. Hal ini terbukti terutamamelalui pengukuran secara kualitatif. ABSTRACT Background Each year, not less than 5,000 teenagers were arrested as a result ofcriminal acts, from mild to severe. Prison is a high risk environment that is filledby exposure to violence and limitations. As for who at reentry phase or freedsoon, the situation also has its own challenges. These things are something thatcauses high susceptibility to the emergence of distress. In the U.S., 60.5% ofadolescents who were arrested and are at the stage of reentry experiencing chronicmental health. Of these, most are experiencing depression and anxiety disorders,such as PTSD. Common Forms of psychological distress are anxiety anddepression. High distress can cause several problems, such as conduct behaviorand adjustment difficulties after release. Therefore, distress at reentry youthprisoner needs to get psychological intervention. One of intervention thateffective to treat psychological distress is Acceptance and Commitment Therapy(ACT). ACT aims to change the shape of the individual's relationship with theproblems, no longer looked upon it as a symptom, but as a psychologicalphenomenon that is reasonable and then direct the actions to something that ismore productive. Methods This study used a one-group before and after studydesign and accidental sampling. The intervention was carried out for 6 sessions.Results Two participants experienced a decrease in the level of psychologicaldistress is known through a reduction in Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) score. Moreover the other participants experienced an increase psychologicaldistress. Qualitative evaluation showed decreased levels of psychological distressafter the implementation of the intervention. Conclusion ACT is an effectiveintervention in lowering the level of reentry youth prisoner’s psychologicaldistress at Lapas Anak Tangerang. This is evident primarily through qualitativemeasurements. |