:: Buku Teks :: Kembali

Buku Teks :: Kembali

Hikmah abadi revolusi Imam Husain / Aan Rukmana, editor; Irfan, pemeriksa aksara; Fatur Rahman, penata letak; Ali Zainal Abidin, penyelaras akhir

(Sadra, 2013)

 Abstrak

Penulis akan membahas pemikiran beberapa tokoh-tokoh Indonesia dalam Buku ini, buku ini juga mengulas secara komperhensif tentang Asyura dalam berbagai perspektif; historis, sosio-kultural, politik, religi-teologis & tentunya filosofis-sufistik. Sehingga, Asyura sebagai salah satu khazanah penting dalam sejarah peradaban Islam bisa digali pesan dan makna universalnya guna dikontekstualisasikan, direlevansikan dan tentunya diaplikasikan bagi umat Islam di Indonesia saat ini. Agar kita tak hanya terjebak dalam romantika sejarah dan ritualitas peringatan Asyura semata, tanpa mengurangi bobot pentingnya itu sebagai momentum refleksi. Juga, agar pesan universal Asyura tak hanya dipetik oleh umat Islam (apalagi hanya penganut Syiah), melainkan lintas agama dan bangsa.
Buku “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain” memuat 16 tulisan dari 16 tokoh Indonesia yang kompeten di masing-masing bidang kajiannya. Sehingga, tulisannya bukan hanya relevan dengan konteks keindonesiaan, tapi juga kompeten sebagai sebuah karya.
Berikut ini ringkasan 16 tulisan dari 16 tokoh tersebut yang termuat dalam buku “Hikmah Abadi Revolusi Imam Husain”.
1. Sayyid Abbas Salehi mengawali esai-esai dalam buku ini dengan menulis prolog tentang sosok Imam Husain ssebagai pribadi kecintaan Nabi. Ia juga menulis sosok Imam Husain dalam kacamata kenabian.
2. Abdul Hadi W.M menulis tentang bagaimana epos Asyura digunakan sebagai media pembelajaran prinsip iman & moral Islam. Yang kemudian menjadi bagian penting penyebaran Islam di Nusantara. Ia juga menulis hikayat-hikayat budaya Melayu yang memperingati kesyahidan Imam Husain, khususnya di Indonesia.
3. Musa Kazhim menguak rahasia aspek tempat & waktu yang dipilih Imam Husain dalam gerakan penyelamatan Islam di Karbala. Terpilihnya Karbala, misalnya, yang adalah wilayah tertua dalam sejarah peradaban manusia yang menyiratkan pesan bahwa misi Imam Husain lintas waktu.
4. Amsal Bakhtiar & Husein al-Kaff mempresentasikan klarifikasi & penjelasan prinsip Qur’an & hadist yang terkait dengan ajaran amar ma’ruf-nahi munkar, jihad & syahadah yang semuanya adalah pesan penting syahidnya Imam Husain. Mereka menegaskan bahwa gerakan Husain adalah model yang benar bagi penerasan prinsip Islam itu. Agar prinsip Islam itu tak justru memberi kesan buruk bagi Islam.
5. Dr. Fanaei Eskhavari menegaskan tentang dua dimensi (intelek & emosional) yang terkandung dalam gerakan Imam Husain dengan menekankan bahwa intelek adalah basis bagi ekspresi emosi.
6. Husain Heriyanto mendemonstrasikan karakter rasionalitas & universalitas revolusi al-Husain melalui telaah logika-filosofis bahwa revolusi & syahidnya Imam Husain adalah keniscayaan sejarah untuk menjaga Islam dari kepunahan.
7. Gerardette Philips & Husein Shahab sajikan analisis psiko-sufistik dengan menyatakan gerakan al-Husain sebagai bentuk riil perjalanan spiritual dengan kesempurnaan cinta ilahiah berupa penyerahan diri total pd-Nya.
8. Nanang Tahqiq memaparkan tentang Imam Husain di mata Muslim Indonesia, khususnya kalangan Sunni, yang ternyata jika disadari bisa jadi peluang persatuan Sunni-Syiah.
9. Aan Rukmana tegaskan bahwa revolusi Al Husain telah berhasil kembalikan sesuatu yang hilang dari peradaban modern yang sekular, yakni spiritualitas.
10. Dede Azwar Nurmansyah menulis tentang kilasan tatapan moral & fenomenologi massa dalam tragedi Karbala. Secara filosofis, ia menjelaskan tentang Asyura sebagai simbol pertarungan “yang baik” & “yang jahat”, serta bahasa nalar al-Husain & kebisisngan massa yang semu.
11. Ihsan Ali-Fauzi membahas tentang ketaklekangan Asyura dalam ruang maupun waktu yang paradigmanya menjadi spirit revolusioner & sumber protes kaum Syiah atas segala kesumbangan.
12. Subhi Ibrahim menyoroti aspek politik dari kebangkitan Imam Husain, yakni revolusi dan syahadah.
13. Alef Theria Wasim melihat tragedi Karbala dalam perspektif & analisis psiko-religio-sosio-kultural.
14. ‘Abdillah Baa’bud menulis aspek historis dari tragedi Karbala, guna mencatat & memetik hikmah-hikmah yang berserak, khususnya dalam riwayat tentang Asyura.
15. Akhirnya, Haidar Bagir menutup buku ini dengan epilog tentang Karbala sebagai padang cinta & al-Husain sebagai imam cinta. Sesuai dengan misi Islam sebagai agama cinta. Bahkan peperangan dilakukan karena kecintaan pada kemanusiaan & musuh itu sendiri karena telah menganiaya diri (fitrah)-nya sendiri. Bukan karena kebencian. Bagi Haidar, ketika cinta sudah bersemi, ia akan menyelimuti hati, sehingga tak ada ruang untuk selainnya, apalagi benci.

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : 297.272 HIK (1)
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Jakarta: Sadra, 2013
Sumber Pengatalogan: LibUI ind rda
ISBN: [9786029261455]
Tipe Konten: text
Tipe Media: unmediated
Tipe Carrier: volume
Edisi: []
Catatan Seri:
Catatan Umum:
Catatan Versi Asli:
Deskripsi Fisik: xiv, 385 pages ; 24 cm
Lembaga Pemilik: Universitas Indonesia
Lokasi: Perpustakaan UI, Lantai 2
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
297.272 HIK (1) 01-15-00777 TERSEDIA
297.272 HIK (1) 01-15-00778 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20395424