Full Description
Cataloguing Source | LibUI ita rda |
Content Type | text (rdacontent) |
Media Type | unmediated (rdamedia) ; computer (rdamedia) |
Carrier Type | volume (rdacarrier) ; online resource (rdacarrier) |
Physical Description | xiii, 35 pages : illustration ; 28 cm + appendix |
Concise Text | |
Holding Institution | Universitas Indonesia |
Location | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Availability
- Digital Files: 1
- Review
- Cover
- Abstract
Call Number | Barcode Number | Availability |
---|---|---|
S-Pdf | TERSEDIA |
No review available for this collection: 20402176 |
Abstract
ABSTRAK
Latar Belakang: Analisis rugae palatal merupakan salah satu metode identifikasi sekunder yang dapat menentukan jenis kelamin. Tujuan: Mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan menganalisis bentuk dan jumlah rugae palatal primer pada laki-laki dan perempuan. Metode: Analisis rugae palatal primer 100 model cetak rahang atas menurut klasifikasi Lysell. Hasil: Rugae palatal primer berbentuk sudut pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (p<0,05); rugae palatal primer berbentuk kurva pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (p<0,05); tidak ada perbedaan bermakna rugae palatal primer berbentuk lurus antara laki-laki dan perempuan (p>0,05); tidak ada perbedaan bermakna jumlah seluruh rugae palatal primer antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Kesimpulan: rugae palatal primer berbentuk sudut dan kurva berbeda antara lakilaki dan perempuan sehingga dapat digunakan untuk identifikasi jenis kelamin
ABSTRACT
Background: Palatal rugae analysis is one of secondary identification methods for sex determination. Objectives: To identify the differences of shape and total number of primary palatal rugae in sexes. Methods: Analysis of 100 maxilla casts by Lysell?s Classification. Results: The present study showed that males have more angular primary palatal rugae shape than females (p<0,05); females have more curved primary palatal rugae shape than males (p<0,05); there?s no significant difference for straight primary palatal rugae shape between males and females (p>0,05); there?s no significant difference for primary palatal rugae?s number between males and females (p>0,05). Conclusions: Angular and curved primary palatal rugae shapes are different between males and females, so we can use it for secondary sex identification in forensic.
Latar Belakang: Analisis rugae palatal merupakan salah satu metode identifikasi sekunder yang dapat menentukan jenis kelamin. Tujuan: Mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan menganalisis bentuk dan jumlah rugae palatal primer pada laki-laki dan perempuan. Metode: Analisis rugae palatal primer 100 model cetak rahang atas menurut klasifikasi Lysell. Hasil: Rugae palatal primer berbentuk sudut pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (p<0,05); rugae palatal primer berbentuk kurva pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (p<0,05); tidak ada perbedaan bermakna rugae palatal primer berbentuk lurus antara laki-laki dan perempuan (p>0,05); tidak ada perbedaan bermakna jumlah seluruh rugae palatal primer antara laki-laki dan perempuan (p>0,05). Kesimpulan: rugae palatal primer berbentuk sudut dan kurva berbeda antara lakilaki dan perempuan sehingga dapat digunakan untuk identifikasi jenis kelamin
ABSTRACT
Background: Palatal rugae analysis is one of secondary identification methods for sex determination. Objectives: To identify the differences of shape and total number of primary palatal rugae in sexes. Methods: Analysis of 100 maxilla casts by Lysell?s Classification. Results: The present study showed that males have more angular primary palatal rugae shape than females (p<0,05); females have more curved primary palatal rugae shape than males (p<0,05); there?s no significant difference for straight primary palatal rugae shape between males and females (p>0,05); there?s no significant difference for primary palatal rugae?s number between males and females (p>0,05). Conclusions: Angular and curved primary palatal rugae shapes are different between males and females, so we can use it for secondary sex identification in forensic.