ABSTRAK Pangan merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia,khususnya untuk anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhandiperlukan pangan yang aman dan bergizi. Masih tingginya angka keracunanyang disebabkan oleh pangan jajan di Indonesia dan jumlah hasil sampling danpengujian pangan jajan yang tidak memenuhi syarat (TMS), menggerakkan BadanPOM untuk menyusun suatu kebijakan dalam bentuk intervensi kepada sekolah(sekolah dasar) termasuk di Propinsi DKI Jakarta. Intervensi kebijakan yangdiberikan oleh BPOM kepada sekolah dibedakan menjadi dua yaitu intervensikebijakan yang lengkap yaitu dengan melakukan sampling dan pengujian PJAS,rapid test kit dengan mobil keliling, memberikan bimbingan teknis, serta KIE danpenyebaran produk informasi berupa poster, leaflet, CD yang berisi tentangedukasi pangan yang baik. Sementara intervensi kebijakan yang lain adalahdengan memberikan KIE secara singkat dan menyebarkan produk informasi saja.Dengan menggunakan metodologi regulatory impact assessment (RIA),penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak kebijakan yang berupa intervensiterhadap kesadaran kelompok sasaran yaitu komunitas sekolah. Dari penelitianyang dilakukan diperoleh hasil bahwa intervensi kebijakan A yaitu denganmemberikan secara lengkap termasuk pengujian sampel PJAS memberikan hasilberupa kesadaran yang lebih baik dibanding dengan intervensi kebijakan C yanghanya memberikan produk informasi. Kelompok sasaran sekolah yangdiintervensi kebijakan A mempunyai kesadaran yang sangat baik, sementarauntuk intervensi C adalah cukup baik. Demikian halnya penilaian kualitaskeamanan pangan di sekolah untuk sekolah yang diintervensi A, rata-rata menilaikualitas kondisi sudah baik, sementara untuk sekolah yang diintervensi C masihmemerlukan upaya peningkatan yang lebih intensif. ABSTRACT Food is a basic necessity in human life, especially for children who are experiencing a period of growth required a safe and nutritious food. A high rate of food poisoning caused by eating snacks in Indonesia and the number of sampling and lab testing results of snack foods are substandard. That reason encourage National Agency of Drug and Food Control (NADFC) for developing a policy in the form of intervention to school (elementary school) included in DKI Jakarta. Policy interventions provided by the NADFC to school divided into two policies intervention, first is to conduct sampling and testing PJAS, rapid test kit with the car around, provide technical guidance, as well as IEC and dissemination of information products such as posters, leaflets, CDs containing about good food education. While other policy interventions is to provide a brief IEC and disseminate product information only.By using the methodology of regulatory impact assessment (RIA), this study aims to measure the impact of policies intervention to improve awareness of the target group as community school. From research done shows that a policy intervention is to provide complete application, including testing of samples PJAS to result in better awareness compared with C policy interventions that only provide product information. Target group A policy intervention schools have a very good awareness, while for intervention C is enough to good. Similarly, the quality assessment of food safety in schools for the intervention school A, the average rate the quality of the conditions are good, while for school intervention C still require more intensive efforts. |