Profil penggunaan antibiotika dengan metode atc ddd pada pasien ICU RSCM Jakarta periode Januari-Maret 2015 = Antibiotic consumption profile using ATC DDD method in ICU patients Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta January to March 2015
([, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015)
|
[Tingginya tingkat infeksi nosokomial di ICU menyebabkan penggunaan antibiotik ICU cenderung lebih tinggi dari ruang rawat yang lain. Penggunaan antibiotik ini sering kali tidak menunggu hasil uji kepekaan bakteri. Hal ini menyebabkan resistensi terhadap antibiotika semakin cepat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis antibiotik yang banyak digunakan di ICU RSCM dan mengetahui jumlah penggunaan antibiotik berdasarkan perhitungan Defined Daily Dose (DDD) WHO di ICU RSCM periode Januari hingga Maret 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan rekam medis pasien. Dari 167 rekam medis yang diikutkan dalam penelitian ini, tiga antibiotik dengan frekuensi pemakaian terbanyak adalah meropenem (15.31%), seftriakson (14.43%), dan fosfomisin (11.57%). Hasil penilaian kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode DDD menunjukkan tiga antibiotik dengan DDD tertinggi adalah meropenem (433.51 DDD/1000 hari rawat), dilanjutkan dengan seftriakson (268.04 DDD/1000 hari rawat dan amikasin (180.41 DDD/1000 hari rawat). Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kuantitas penggunaan antibiotik rumah sakit lain, The high incidence nosocomial infection in Intensive Care Unit could increase the antibiotics administration. Furthermore, the administration of antibiotics often not based on the results of bacterial susceptibility test. This phenomenon cause the high level of bacterial resistance in ICU. The aim of this study was to determine the most frequent antibiotics used in ICU and to evaluate antibiotic consumption quantitatively using ACT/DDD method in ICU RSCM. This research is a descriptive-observasional study using medical record of the patient. From 167 medical records, three antibiotics with the highest frequency administration were meropenem (15.31%), ceftriaxone (14.43%), dan fosfomycin (11.57%). By using DDD method, three antibiotics with the highest DDD were meropenem (433.51 DDD/1000 bed days), ceftriaxone (268.04 DDD/1000 bed days), and amikacin (180.41 DDD/1000 bed days). This result is quite high when compared with antibiotic consumpsion in another hosp] |
S-Dyah Ayu Kusumoputri Buwono.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-Pdf |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | |
Tipe Konten : | [] |
Tipe Media : | [] |
Tipe Carrier : | [] |
Deskripsi Fisik : | xiv, 73 hlm. ; 30 cm. + lamp. |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-Pdf | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20421317 |