[Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif berbentuk basil, yang seringmenyebabkan disentri pada manusia dan dapat berakibat fatal jika tidak ditanganisecara tepat. Bakteri ini terbukti telah resisten terhadap banyak golonganantbiotik, dan membutuhkan waktu terapi cukup lama. Madu tualang merupakanmadu alam Malaysia yang diketahui memiliki efek antimikrobial. Namun, belumdiketahui apakah pemberian efek madu tualang sebagai terapi adjuvan lebih baikdibandingkan hanya menggunakan terapi antibiotik saja. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui efek pemberian madu tualang sebagai terapi adjuvan,dibandingkan dengan yang hanya menggunakan terapi siprofloksasin pada hewantikus yang terinfeksi bakteri Shigella dysenteriae tipe –1, dengan menggunakanmorfologi feses sebagai indikator penelitian. Penelitian ini menggunakan desainpenelitian eksperimental. Induksi bakteri dilakukan pada hari ke – 0, danpemberian terapi sesuai kelompok penelitian dilakukan selama 7 hari penelitian.Morfologi feses dinilai pada hari ke – 1, ke – 3, dan ke – 7, dengan menggunakanstandar penilaian. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji hipotesis Kruskal –Wallis dan analisa Post Hoc uji Mann–whitney. Secara statistik, efek kuratifmadu tualang terlihat pada hari ke - 7, dibandingkan dengan kelompok kontrolnegatif. Sedangkan morfologi feses hewan yang diterapi kombinasi siprofloksasindan madu tualang tidak menunjukkan perbedaan bermakna, dibandingkan denganyang hanya menggunakan terapi siprofloksasin, Shigella dysenteriae, a gram-negative bacteria causing dysentery in human, canlead to fatality if left untreated. This bacteria shows resistency to some antibioticsthus infection will take longer time to cure. Tualang Honey, natural honeyoriginally from Malaysia, has shown antimicrobial activity. But, the usage ofTualang Honey as adjuvant therapy along with ciprofloxacin has not yetdiscovered. The aim of this experiment was to determine the effect of Tualanghoney combined with ciprofloxacin in Shigella dysenteriae type-1 infectedanimals compare to ciprofloxacin alone. The design of this study was experiment.Induction began on day 0. Animals were then treated categorically for 7 days.Feces morphology as the indicator then evaluated on day 1, 3, and 7, using astandard categorical evaluation. This research data were analyzed using Kruskal-Wallis test and Mann – Whitney test for the Post Hoc analysis. The result showedthat tualang honey statically has a curative effect on day 7 compared to untreatedgroup. Compared to ciprofloxacin only group, combination of tualang honey andciprofloxacin in Shigella dysenteriae tipe – 1 was not significant.] |