Jùcān, Guānxì dan Gereja: Suatu Kajian tentang Strategi Pemertahanan Identitas dari Komunitas Tionghoa Diaspora dalam Gereja Katolik di Toasebio = Jùcān, Guānxì and the Church: A Study about The Strategy of Identity Maintenance of Chinese Diaspora Communities in the Catholic Church, Toasebio
Liria Tjahaja;
Achmad Fedyani Saifuddin, promotor; Johannes Emmed Madjid Prijoharjono, co-promotor; Vincentia Irmayanti Meliono, examiner; Vitus Rubianto Solichin, examiner; Lumenta, Dave, examiner; Irwan Martua Hidayana, examiner
(Universitas Indonesia, 2016)
|
Disertasi ini membahas tentang bagaimana di tengah arus perubahan zaman (globalisasi), komunitas orang Tionghoa diaspora yang merupakan umat Katolik di Gereja Toasebio tetap menyelenggarakan tradisi ritual makan bersama (jùcān) untuk membangun dan mempererat ikatan guānxì sebagai strategi pemertahanan identitas yang berperan menjaga kelangsungan hidup komunitasnya. Di samping itu, akan dijelaskan pula bagaimana Gereja Katolik menggunakan prinsip guānxì sebagai salah satu sarana/pintu masuk dalam menjalankan karya misinya yang semakin kontekstual di kalangan umatnya yang berlatar belakang etnis Tionghoa dan hidup di tengah masyarakat urban.Kasus orang Tionghoa Katolik di Toasebio menunjukkan bahwa dalam strategi pemertahanan identitasnya, nilai-nilai budaya Tionghoa digunakan sebagai sarana dan pedoman untuk meredefinisikan keberadaan komunitas etnis Tionghoa di tengah-tengah masyarakat yang terus berubah. Pemahaman nilai-nilai budaya yang dianut bersama sebagai komunitas etnis, menjadi elemen penting yang menyatukan orang-orang Tionghoa diaspora di Toasebio.Dalam konteks guānxì, memori dan kesadaran kolektif akan nilai nilai kebudayaan bersama tersebut selalu dihadirkan dan dikonstruksi dalam berbagai simbol kebudayaan yang terwujud melalui ruang/tempat tertentu (place), bahasa, aktivitas dan benda-benda yang secara representatif mencerminkan identitas dari komunitas yang ada.Seluruh strategi pemertahanan identitas yang diupayakan oleh komunitas Tionghoa diaspora di Toasebio hanya mungkin terwujud karena Gereja Katolik mau bersikap akomodatif , terbuka untuk mengadakan dialog kebudayaan serta mampu menciptakan suatu kondisi ataupun habitus yang nyaman bagi umatnya yang berlatar belakang etnis Tionghoa. Sikap Gereja tersebut juga dapat menjadi strategi pemertahanan identitas Gereja dalam mendukung misinya di tengah kehidupan masyarakat modern Metode penelitian etnografi yang digunakan dalam disertasi ini memilih aktivitas ritual makan bersama (?jùcān? ) sebagai entry point untuk mengungkapkan berbagai realitas sosial yang menjadi fokus dari kajian disertasi. This dissertation describes about how in the midst of changing times (globalization), communities of the Chinese diaspora who are Catholics at the Toasebio Church, keep organizing the ritual tradition of eating together (jùcān) to build guānxì, a strategy of identity maintenance which is useful in maintaining the continuity of the community life. Moreover, this dissertation would also explain how the Catholic Church uses the principle of guānxì as one means or entrance for the contextual mission of the church among his people who have Chinese descent and live in urban society.The case of the Chinese Catholic Toasebio shows that in the strategy of identity maintenance, Chinese cultural values are used as means and guidelines to redefine the existence of the Chinese ethnic community in the midst of a society that continues changing. The understanding of cultural values of the group as an ethnic community, becomes an essential element that unites the Chinese diaspora in Toasebio.In the context of guānxì, memory and collective consciousness associated with cultural values of community is always presented and constructed through a variety of cultural symbols which are embodied in a specific space or place, language, activities and objects which representatively mirror the identity of the community The strategy of identity maintenance used by the community of Chinese diaspora in Toasebio is only possible because the Catholic Church is willing to be accommodative andto open a dialogue of culture and is able to create a condition or habitus that is comfortable for his people who haveChinese descent. Thus, the Church?s attitude can also be astrategy of identity maintenance of the Church in supporting its mission in the life of modernsociety. This dissertation applies ethnographic methods and chooses the ritual activity of eating together ("jùcān") as an entry point to reveal a variety of social reality which becomes the focus of this research dissertation. |
D2172-Liria Tjahaja.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | D2172 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Universitas Indonesia, 2016 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | xvii, 224 pages : illustration ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
D2172 | 07-17-641806790 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20423707 |