ABSTRAK Ruang Lingkup dan Metode: Pada murid kelahiran Palembang dievaluasikebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional dengan cuko (Kuah Asam Manis atauKAM), yang dikaitkan dengan latar belakang sosial demogratik dan perilakukesehatan gigi. Risiko terjadinya karies yang meliputi multifaktor dianalisis denganmenggunakan univariat dan logistik regresi ganda. Respon aktivitas bakteri S.mutans, kecepatan aliran saliva dan kapasitas dapar saliva di analisis terhadappemberian KAM. Untuk menetapkan peran KAM pada anak-anak berusia 12 tahundengan karies ringan dilakukan perbandingan kejadian karies berdasarkan intensitasmengkonsumsi KAM di dua wilayah sekolah Ulu dan ilir. Evaluasi dilanjutkandengau Kariogram dari Bratthall (1996) untuk mengetahui faktor-faktor yangberinteraksi pada terjadinya karies atau pencegahannya.Hasil dan kesimpulanz: 75% murid yang biasa mengkonsumsi KAM mempunyaikejadian karies yang rendah, tetapi kejadian fluorosis yang dijumpai lebih tinggi. Darianalisis regresi logistik ganda diperoleh bahwa frekuensi mengkonsumsi KAM,fluorosis email, gender, asal orangtua, dan rasa takut pada perawatan gigiberhubungan dengan kejadian karies. Bakteri plak ternyata tidak memperlihatkanpengaruhnya pada kelompok yang mengkonsumsi KAM atau tidak. Sesudah 2 jampemberian KAM, aktivitas bakteri cenderung menurun dan pada kelompok kariesterlihat pH saliva lebih rendah dari sebelum pemberian KAM. Dari gambaranKariogram diketahui bahwa lama mengkonsumsi KAM sejak usia sebelum gigi tetap erupsi merupakan faktor yang paling berperan terhadap karies. Pada model inidiperoleh kemungkinan untuk tidak karies sangat rendah, yaitu antara 1 - 13%. Faktoryang turut berperan terhadap kerentanan gigi yang fluorosis mungkin karena terdapatgula dan rendahnya pH dalam diet KAM yang meningkatkan demineralisasi emailbila KAM dikonsumsi setiap hari. Frekuensi mengkonsumsi KAM merupakan faktoryang paling berperan terhadap rendahnya karies. Demikian juga pada kelompokdengan kebiasaan mengkonsumsi KAM atau tanpa KAM disertai karies atau tanpakaries, mempunyai kebiasaan jajan di antara waktu makan, jajan yang manis-manis,mempunyai orangtua asal Palembang.Kesimpulan penelitian adalah: (1) Kejadian karies di Ulu lebih rendah daripada diIlir; (2) KAM menghambat tenjadinya karies yang dikonsumsi setiap minggu dansetiap bulan; (3) Kelompok bebas karies tidak bergantung pada perilaku kesehatangigi yang diperoleh di sekolah; (4) KAM tidak menyebabkan terjadinya fluorosis biladikonsumsi sesudah usia 8 tahun; (5) Kebiasaan mengkonsumsi KAM berhubungandengan faktor tempat lahir pada latar belakang sosial demografik; (6) Fluorosisberhubungan dengan faktor tingkat pendidikan orangtua pada latar belakang sosialdemografik; (7) Kemungkinan tidak karies tidak bergantung pada frekuensimengkonsumsi KAM semata, tetapi lebih bergantung pada saat anak mulaimengkonsumsi KAM. Faktor yang paling lemah dalam model Kariogram ini adalahdiet KAM dan kerentanan gigi karena fluorosis. Dengan model Kariogram ini dapatdikembangkan berbagai model sesuai dengan ciri-ciri individu, sehingga perluobservasi lanjutan dengan latar belakang yang sama agar dapat disusun strategipenyuluhan dan intervensi pencegahan karies yang spesifik. Selain itu perludilakukan pemetaan fluor di masyarakat, dan penelitian lanjut agar dapatmenjelaskan mekanisme karies pada kelompok dengan fluorosis. Abstract Field of study and Methods. Children born in Palembang were evaluated to detecttheir habitual KAM consumption, social demographic backgrotmd, and oral hygienepractice. The risks involving preventive factors were calculated using univariant andmultiple logistic regression analysis. Response to KAM administration was analysedon S- mutans activities, salivary flow rates, and the change of salivary pH. The role ofKAM in high caries risk children was determined by comparing caries experienceand the intensity of KAM consumption using two different school locations (Ulu andIlir). A cariogram model was used to evaluate the interaction among all factors incaries development or prevention.Result and Conclusions. Seventy five percent of children that regularly consumedKAM had a lower caries occurrence, but higher enamel fluorosis. Multiple logisticregression analysis disclosed that the frequency of KAM consumption, enameliluorosis, gender, parental origin, and fear of dental procedures were associated withthe development of dental caries. Dental plaque bacterial activity was notsignificantly different between KAM consumers and non-consumers. Afteradministering KAM in both regular and non-regular KAM consumers, bacterialactivity tended to decrease and in the caries group after two hours the salivary pHslightly decrease. Cariograms revealed that the period of fluoride intake from KAMbefore the age of eight was the most significant factor in caries, neither a daily or aweekly basis. They appeared to have a very low chance of avoiding caries, i.e.between 1 to 13%. The other factors that influence dental caries might be explainedby the sugar content and low pH of the KAM. The low pH may increase enameldemineralization when used on a daily basis to influence the susceptible tooth whichwas a hypomineralised enamel. They were also constant in KAM and non KAM usersas well as carious or caries free children either frequents intake of snacks betweenmeals, or sweets, and parents origin of Palembang were additional factors to increasethe caries risk.The conclusions of the study were: (1) Caries occurrence in Ulu were less than inllir; (2) KAM inhibits caries when consumed on a weekly or monthly basis. (3)Caries free children were not dependant on the preventive oral hygiene methodstaught in schools. (4) KAM did not induce fluorosis when constuned after the age ofeight. (5) KAM consumption was related to the birth location of the socialdemographic factors. (6) Fluorosis was related to the parents education level of thesocial demographic factors. (7) The chance for not having caries was not onlydependant on how frequent, but more on when the children started consuming KAM.Vulnerable factors shown in Cariogram was correlated to particular diet KAM andfluorosis as a susceptible tooth. More Cariogram model can be developed due to theindividual characteristics, therefore observation in a similar background is needed todetermine a particular strategy for health promotion and preventive intervention.There is also a need to have a fluoride mapping in community, and iilrtherinvestigation to explain the mechanism of caries in fluorosis group. |