ABSTRAK Hubungan antara Walhi-YLBHI dan negara tidaklah sesederhana di permukaan.Konstalasi politik, interaksi antar-aktor individu dan institusi telah ?menyembunyikanrahasia? di balik dinamika itu yang mungkin tidak bisa dipahami hanya dengan sematamelihatnya sebagai konflik atau hubungan dikhotomis antara masyarakat sipil danniagara. Interaksi yang berlangsung justru ternyata saling terkait, dibangun secararasional di antara pelaku yang terlibat, tidak hanya antara aktor ornop dan pemerintah,juga sektor internasional dan masyarakat sendiri dalam hubungan kompleks itu. Konteksitulah yang mempengaruhi tumbuhnya Walhi dan YLBHI sebagai masyarakat sipil.Berdasarkan konteks tersebut, sludi ini mengungkapkan beberapa temuan teoritis.Pertama, berkaitan dengan teori hubungan antara masyarakat sipil dengan ncgara.Menurut teori yang ada, masyarakat sipil dikonstruksi sebagai: (1) organisasi yangdibentuk oleh masyarakat di Iuar sektor negara", dan (2) ?domainnya terpisah dari ataudi luar domain niagara. " Konstruksi ini temyata tidak sesuai dengan konteks kasus Walhidan YLBHI, sehingga perlu dimodifikasi bahwa (1) ?masyarakat sipil merupakankelompok yang dibentuk masyarakat sendiri atau masyarakat bersama negara dan (2)"domainnya terbentuk dan berkembang karena interaksinya dengan domain negara"Dengan modifikasi tersebut, studi ini melihat bahwa ?niagara dapat berperanpositif dalam pembentukan masyarakat sipil", sedangkan teori yang ada cenderungmengkonstruksi ?peranan negara tidak sebagai faktor positif dan menentukan dalampembentukam masyarakat sipil. "Kedua, berkaitan dengan karakteristik masyarakat sipil, meliputi: autonomy, selfsupporting dan say generating Hasil studi ini mengungkapkan berdasarkan kasusspesifik Walhi dan YLBHI, karakteristik aranomy tampakrnya dapat diwujudkan, berbedadcngan seff supporting dan self generating. Namun demikian, berkembangnya kriteria-kriteria tersebut tampaknya dipengaruhi oleh konstalasi interaksi antara; (1) unsur-unsurnegara; (2) lembaga-lembaga intemasional; dan (3) masyarakat sendiri.Dengan konstruksi tersebut, maka hasil studi ini menambahkan sesuatu yang barupada teori masyarakat sipil yang ada, bahwa ?(1) kebijakan politik akomodatif negara, (2)keterlibatan Iembaga-Iembaga internasional, dan (3) partisipasi masyarakat sendiri darisegi sumber daya - merupakan faktor faktor yang menentukan bagi proses terwujudnyakarakteristik autonomy, self supparting, dan self generating masyarakat sipil?. Temuanini memodifikasi teori masyarakat sipil yang ada yang cenderung ?mengkonstruksiperwujudan ketiga karakteristik maayarakar sipil tersebut berdasarkan pada penekanankemampuan potensial entitas masyarakat sipil sendiri, tidak melihat urgensi dukunganperanan sektor negara, internasional, dan masyarakat sendiri.? Abstract The relation between Walhi-YLBHI and the state is not as simple as it seems on the surface. Political constellation, interaction between individual actors and institutions has "hide the secret" behind this dynamics which perhaps cannot be understood only be looking at it as a mere conflict or dichotomy between civil society and state. The on going interaction became interrelated, built rationally between actors, not just between NGO actors and state, but also international sector and the society itself in this complex relationship. This context hence then influences the emergence of Walhi and YLBHI as civil society. |