Perbedaan sudut kondilus antara subjek bergigi dan tidak bergigi pada Deutero-Malay. Secara fisiologis, gigi manusia harus sesuai dengan harmonisasi hubungan rahang, namun tidak sebaliknya. Untuk dapat menghasilkan gigi tiruan lengkap yang sesuai dengan harmonisasi hubungan rahang, pengaturan gigi harus dibuat sesuai prinsip oklusi seimbang. Salah satu faktor terpenting dalam prinsip oklusi seimbang adalah penyesuaian sudut kondilus. Tujuan: Membandingkan rerata nilai sudut kondilus antara subjek bergigi lengkap dengan subjek yang tidak bergigi pada Deutero-Malay. Metode: Penelitian ini adalah penelitian klinis deskriptif komparatif. Sampel penelitian adalah 16 mahasiswa kedokteran gigi dengan subras Deutero Malay yang bergigi lengkap dan 14 pasien tidak bergigi Deutero Malay pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pengukuran nilai sudut kondilus dilakukan dengan metode pencatatan protrusif menggunakan artikulator tipe fully adjustable arcon. Hasil: Nilai rata-rata sudut kondilus dari Deutero-Malay bergigi lengkap adalah 38,0+8,5° dan rerata nilai sudut kondilus dari Deutero-Malay tidak bergigi adalah 30,7±14,6°. Secara statistik, terdapat perbedaan bermakna antara nilai rerata sudut kondilus pada subjek bergigi lengkap dengan yang tidak bergigi pada Deutero-Malay. Simpulan: Terdapat penurunan sudut kondilus subjek yang tidak bergigi dibandingkan dengan sudut kondilus subjek bergigi lengkap pada Deutero-Malay.Physiologically, the human teeth must fit into the jaw relationship harmony, not vice versa. In order to produce full dentures that fit into the harmony of the jaw, the denture teeth arrangement should be made according to the balanced occlusion principle. One of the most important factors in the principle is condylar angle adjustment. Objectives: To compare the condylar angle average values between the complete dentulous and totally edentulous subjects in Deutero-Malay. Methods: This was a descriptive comparative clinical research, that involved 16 complete dentulous Deutero-Malay dental students and 14 totally edentulous Deutero-Malay patients at Oral and Dental Hospital of Faculty of Dentistry Padjadjaran University who fullfilled the inclusion criteria. The condylar angle value measurement was done with protrusive record method using the fully-adjustable arcon type articulator. Results: The average value of the complete dentulous Deutero Malays’ condylar angles was 38.0±8.5° and the average value of the totally edentulous Deutero-Malay’ was 30.7±14.6°. Statistically, there was a significant difference between the condylar angle’s average value of the complete dentulous and the totally edentulous in the Deutero-Malay. Conclusion: There was a condylar angle decrease on complete edentulous subjects compared to the fully dentulous subjects in Deutero-Malay. |