ABSTRAK Meningkatnya penggunaan telepon pintar, layanan akses video dan denganditetapkannya Rencana Pitalebar Indonesia yang salah satu sasarannya adalahkecepatan akses minimum akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhankapasitas total dari pelanggan. Untuk mengakomodasinya, para operator selulerberupaya meningkatkan ketersediaan kapasitas total melalui peningkatan jumlahsite, penggunaan teknologi dengan efisiensi spektrum tinggi dan tambahan alokasispektrum frekuensi radio dari regulator. Namun demikian, adanya keterbatasanspektrum frekuensi radio menjadi hambatan dalam meningkatkan ketersediaankapasitas tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya defisit spektrum yangdiderita oleh para operator seluler sehingga pada akhirnya akan memperburukkualitas layanan mobile broadband di Indonesia.Permasalahan defisit spektrum tersebut dapat diatasi melalui konsolidasiantar operator seluler. Namun demikian, praktik konsolidasi yang terjadi secaraalamiah selama ini hanya didasari untuk memperoleh tambahan alokasi spektrumfrekuensi radio dan kepentingan bisnis semata dengan mengabaikan norma akankelayakan layanan mobile broadband demi kepentingan pelanggan. Pelaksanaankonsolidasi hendaknya didorong oleh adanya defisit spektrum namun tetapmemenuhi norma yang ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian modeldan desain konsolidasi operator seluler di Indonesia untuk memperoleh hasil yangmenjadi solusi terhadap permasalahan tersebut.Pelaksanaan konsolidasi dalam penelitian terbatas dilakukan pada operatorseluler yang beroperasi pada pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHzyang terdiri dari Telkomsel, XL, Indosat dan H3I yang diamati dalam enam regionallayanan yaitu Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi danMaluku Papua. Desain konsolidasi dilakukan dengan ketentuan yaitu tiapkonsolidasi maksimum terdiri dari dua operator, proses migrasi paling sedikit,alokasi kanal berdampingan dan tidak ada divestasi spektrum frekuensi radio.Melalui desain yang telah ditentukan, diperoleh tiga skenario konsolidasi yaituskenario konsolidasi I terdiri dari konsolidasi H3I dengan Indosat, XL danTelkomsel, skenario konsolidasi II terdiri dari konsolidasi H3I dengan XL dankonsolidasi Indosat dengan Telkomsel, dan skenario konsolidasi III terdiri darikonsolidasi Indosat dengan XL dan konsolidasi H3I dengan Telkomsel. Adapununtuk perhitungan dan analisis dilakukan dengan menggunakan metodeperhitungan INS melalui pengamatan hasil perhitungan spektrum rata-rata tiapoperator seluler pada regional bersangkutan saat sebelum dan sesudah konsolidasidilakukan sehingga dapat diperoleh adanya profil surplus atau defisit spektrum.Sesuai tujuan penelitian, hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan adanyakonsolidasi dapat menurunkan defisit spektrum secara signifikan dan skenariokonsolidasi II memberikan hasil perhitungan defisit spektrum yang paling kecil. ABSTRACT The increasing use of smartphones, video access and the stipulatedIndonesia Broadband Plan whose target for the minimum access speed, will haveimplications for the increase of total capacity requirement of subscribers. Toaccommodate the requirement, the mobile operators attempt to increase totalavailable capacity by increasing in the number of sites, the implementation ofadvanced technology offering high spectrum efficiency and acquiring an additionalallocation of radio frequency spectrum from regulator. Whereas, there is aconstraint of the radio frequency spectrum limitation for adequate allocation ofradio frequency spectrum requirement for the mobile operators. This will result inspectrum deficit suffered by mobile operators which in turn will worsen the qualityof mobile broadband services in Indonesia.The spectrum deficit problem can be solved through the consolidationamong mobile operators. However, today?s consolidation practice that occurednaturally by far is constituted to acquire additional allocation of radio frequencyspectrum and business interests simply by ignoring the norms of mobile broadbandservices feasibility for the subscribers. Implementation of the consolidation shouldbe encouraged by the spectrum deficit but still fulfilling the stipulated norms. It istherefore required in-depth research of consolidation models and designs amongmobile operators in Indonesia to obtain proper results as a solution to combat thoseproblems.The implementation of consolidation in research is conducted on mobileoperators, whose operation at the frequency band of 900 MHz, 1800 MHz and 2100MHz, comprising of Telkomsel, XL, Indosat and H3I by which observed in sixregional services of Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,and Maluku Papua. The consolidation design is done by the pre-determinedencompassing as follows each consolidation consists of two operators at the most,the least migration process, the contiguous bandwidth allocation and no radiofrequency spectrum divest. Through the pre-determined, it can be obtained threeconsolidation scenarios i.e the consolidation scenario I comprises of consolidationamong H3I with Indosat, XL and Telkomsel, consolidation scenario II comprises ofconsolidation among H3I with XL and consolidation among Indosat withTelkomsel, and consolidation scenario III comprises of consolidation amongIndosat with XL and consolidation among H3I with Telkomsel. As for the estimationand analysis are conducted by using the INS estimation method by observation ofaverage spectrum results on each mobile operator throughout the relevant regionalservices at the moment before and after the consolidation process to obtain itssurplus or deficit spectrum profile. By the research perimeter accordingly, theresults of those estimations yield that the consolidation can reduce the deficitspectrum significantly less than that of without consolidation, whereas theconsolidation scenario II obtains the least spectrum deficit. |