ABSTRAK Latar belakang: Sindrom dispepsia fungsional merupakan gejala gastrointestinalyang bersifat kronis atau rekuren dan tidak dapat dijelaskan, karena abnormalitasbiokimia atau struktural pada evaluasi menggunakan pemeriksaan diagnostikstandar tidak menunjukkan adanya abnormalitas. Pada penelitian ini ingindiketahui apakah pekerja rumah sakit yang bekerja dengan sistem kerja gilirberhubungan dengan sindrom dispepsia fungsional dibandingkan dengan pekerjayang tidak bekerja secara gilir.Metode: Desain studi yang digunakan adalah komparatif potong lintang yangmembandingkan antara pekerja dengan sistem kerja gilir dengan pekerja bukandengan sistem gilir. Data yang digunakan adalah data primer (kuesioner danwawancara), dan data sekunder (rekam medis serta data kepegawaian). Subjekterdiri dari 218 pekerja (109 pekerja gilir dan 109 pekerja bukan gilir).Hasil penelitian: Prevalensi dispepsia fungsional pada pekerja rumah sakitJakarta adalah 42,2%. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa kerja gilir(OR=2,22 (1,212-4,086) p=0,010), usia (OR=0,39 (0,209-0,752) p=0,005), polamakan (OR=1,90 (1,045-4,455) p=0,035), dan status perkawinan (OR=2,49(1,097-5,651) p=0,029) mempunyai hubungan bermakna dengan dispepsiafungsional.Pembahasan: Kerja gilir, usia, pola makan, dan status perkawinan merupakanfaktor risiko sindrom dispepsia fungsional. Usia dan jenis kelamin menjadi faktorprotektif. Usia menjadi faktor protektif karena adanya mekanisme adaptasidispepsia. Jenis kelamin sebagai faktor protektif mungkin disebabkan padaperempuan tingkat kesadaran terhadap kesehatan lebih tinggi yang menyebabkanangka mortalitas lebih kecil daripada laki-laki ABSTRACT Background: Functional dyspepsia syndrome is a gastrointestinal symptoms thatare chronic or recurrent and can not be explained, because the biochemical orstructural abnormalities in the evaluation using standard diagnostic examinationshowed no abnormalities. In this study, we want to know whether the hospitalworkers who worked shift work system associated with the syndrome offunctional dyspepsia compared with workers who do not work in shifts.Method: The study design used was a comparative cross-sectional comparingbetween workers with shift work system to workers who work not with the shiftsystem. The data used are primary data using questionnaires and interviews, andsecondary data through medical records and employment data. Subjects consistedof 218 employees (109 workers with shift work and 109 workers without shiftwork).Results: The prevalence of functional dyspepsia at Jakarta hospital workers was42.2%. On multivariate analysis, it was found that shift work (Adj. OR=2.22(1.212-4.086) p=0.010), age (Adj. OR=0.39 (0.209-0.752) p=0.005), diet (Adj.OR=1.90 (1,045-4.455) p=0.035) and marital status (Adj. OR=2.49 (1.097-5.651)p=0.029) had a significant relationship with functional dyspepsia.Discussion: Shift work, age, diet, and marital status are risk factors syndromefunctional dyspepsia. Age and sex becomes a protective factor. Age becomes aprotective factor for their adaptation mechanism of dyspepsia. Gender as aprotective factor may be due to the level of awareness of women's health ishigher that causes of mortality rate is smaller than the male |