ABSTRAK Penelitian ini mengeksplorasi fungsi afiks verbal ma-, -um-, mang-, -in-,ka- dalam struktur internal kata dan klausa. Penelitian ini adalah penelitiankualitatif dengan pendekatan fungsional dan metode analisis morfologi sintaksis.Data diambil dari teks prosa Jawa Kuno diparwa yang diperkirakan disusunpada akhir abad 10. Data dari dua sumber lain, yaitu, Wirāṭaparwa danBhīsmaparwa digunakan sebagai pelengkap. Analisis data dilakukan denganmelihat fungsi afiks ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dankorelasinya dengan ciri valensi sintaktis dalam struktur internal klausa.Temuan yang diperoleh dari analisis struktur internal kata adalah (i) afiksma-,-um-, mang-, -in-, ka- bersifat derivatif karena mengubah makna leksikal dankelas kata morfem dasar menjadi verba berargumen satu atau dua; (ii) afiks ma-,-um-, mang- membentuk verba berargumen satu, sedangkan afiks -um-, mang-, -in-, ka- membentuk verba berargumen dua. Sebagai pembentuk verba berargumendua, afiks -um-, mang- juga memiliki fungsi sebagai pemarkah diatesis aktif,sedangkan afiks ?in-, ka- sebagai pemarkah diatesis pasif.Verba berargumen satu dikaji berdasarkan makna aspektual inheren verba.Temuan yang dihasilkan adalah ada dua kelompok verba berafiks, yaitu (i) verbaberafiks ma- yang keberlangsungan situasinya bersifat nondinamis (nondynamicsituation), (ii) verba berafiks ?um- dan mang- yang keberlangsungan situasinyabersifat dinamis (dynamic situation). Verba yang menyatakan situasi nondinamisdibedakan menjadi dua, yaitu verba statif (keberlangsungannya bersifat tetap) danverba statis (keberlangsungannya bersifat sementara).Perbedaan verba statif dari verba statis terkait dengan analisis afiks verbaldalam struktur internal klausa yang menghasilkan temuan sebagai berikut. Klausadengan predikat berupa verba statif tidak dapat diperluas dengan unsur sintaktis lainnya, sedangkan predikat berupa verba statis dan dinamis dapat diikuti unsursintaktis lain.Verba berargumen dua dikaji berdasarkan ciri ketransitifannya. Afiksma- cenderung membentuk verba transitif yang tidak mendasar (non-prototypicaltransitive verbs) dibandingkan afiks ?um- dan mang-. Secara semantis verba macenderungmemiliki kadar ketransitifan yang rendah. Sebaliknya, afiks mangcenderungmembentuk verba berciri transitif yang prototipikal, yaitu (i) memilikiagen yang melakukan tindakan dengan sengaja dan aktif, (ii) memiliki pasienyang konkret dan terkena tindakan, (iii) verba menyatakan peristiwa berubahdengan cepat, terbatas, tuntas. Oleh karena itu, subjek klausa berpredikat verbamang- cenderung merupakan agent active. Ciri semantis tersebut menjadipembeda yang paling menonjol antara verba mang- dan verba ?um-. Subjekklausa berpredikat verba ?um- cenderung merupakan a conscious dative.Analisis verba berafiks pada struktur internal klausa menghasilkan temuandua tipe klausa, yaitu (i) klausa yang urutan predikat dan subjeknya terselakonstituen sintaktis lain, dan (ii) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tidaktersela konstituen sintaktis lain. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jenis klausaditinjau berdasarkan ada tidaknya partikel topikal dalam klausa. Klausa berpolapredikat subjek yang tidak tersela konstituen lain dapat menjadi klausa topikal,sedangkan klausa berpola predikat subjek yang tersela konstituen lain tidak dapatmenjadi klausa topikal. Temuan tersebut memperlihatkan perbedaan jenis klausayang dipicu oleh kebutuhan pada tingkat sintaktis dan pragmatik wacana.Temuan penelitian ini berimplikasi pada kajian linguistik bahasa JawaKuno dalam hal dua aspek tinjauan afiks verbal, yaitu kata dan klausa. Afiksverbal bahasa Jawa Kuno tidak hanya merupakan kesatuan bentuk dan maknadengan morfem dasar yang diimbuhinya, tetapi juga merupakan kesatuan bentukdan makna yang berkorelasi dengan ciri sintaktis verba berafiks yangdibentuknya ABSTRACT This research investigates the functions of Old Javanese verbal affixes ma--um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and clauses. Thisqualitative research utilizes functional approach and morphological-syntacticalmethod for analysis. Data were taken from an Old Javanese prose text diparwawhich was composed approximately in the 10th century. Supplementary data weretaken from two other textual sources: Wirāṭaparwa and Bhīsmaparwa. Data wereanalyzed by examining the functions of affixes ma-, -um-, mang-, -in-, and ka- inthe internal structure of words and their correlation with syntactical valency in theinternal structure of clauses.Analysis of the internal structure of words yields these following results:(i) affixes ma-,-um-, mang-, -in-, and ka- are derivative in character because theycan transform lexical meanings and the part of speech of a basic morpheme into averb with one or two arguments; and (ii) affixes ma-,-um-, and mang- createsverbs with one argument, while affixes -um-, mang-, -in-, and ka- creates verbswith two arguments. As markers of verbs with two arguments, affixes -um- andmang- also function as active diathesis markers, while affixes -in- and kafunctionas passive diathesis markers.Verbs with one argument are analyzed according to their inherentaspectual meanings. This analysis found two groups of verbs with affixes: (i)verbs with affix ma- which signify non-dynamic situations and (ii) verbs withaffixes -um- and mang- which signify dynamic situations. Verbs which conveynon-dynamic situations are further divided into two groups which consist ofstative verbs (which indicate permanent situations) and static verbs (whichindicate temporary situations).The difference between those two groups of verbs is then linked to theresults of an analysis of verbal affixes in the internal structure of clauses, whichfound that clauses with stative verbal predicates cannot be expanded using other syntactical elements, while clauses with static and dynamic verbal predicates canbe expanded using other syntactical elements.Verbs with two arguments are analyzed according to their transitivity.Affix ma- is more likely to create non-prototypical transitive verbs than affixes -um- and mang-. Semantically speaking, verbs with affix ma- tends to show lowdegree of transitivity, whereas the affix mang- tends to create prototypicaltransitive verbs with these characteristics: (i) having agents who do intentionaland active actions, (ii) having concrete patients who become the objects of thoseactions, and (iii) signifying events which are rapidly changing, limited, andcomplete. Because of this, the subjects of clauses with verbal predicate mangtendto be active agents. This semantic characteristic is the most distinguishingfeature between verbs with affix mang- and verbs with affix -um-. The subjects ofclauses with verbal predicate -um- tend to be conscious datives.The analysis of verbs with affixes in the internal structure of clausesresults in two types of clauses which consist of (i) clauses whose predicate andsubject are separated by other syntactical constituents, and (ii) clauses whosepredicate and subject are not separated by other syntactical constituents. Thisdifference is related to the categorization of clauses which is based on thepresence or absence of topical particles in the clauses. Clauses with predicatesubjectpattern which are not separated by other syntactical constituents can beconsidered as topical clauses, whereas clauses with predicate-subject patternwhich are separated by other syntactical constituents cannot be considered astopical clauses. These findings demonstrate that clauses can be categorizedaccording to various linguistic needs at syntactical level and pragmatic-discourselevel.The research findings can contribute to expanding the linguistic studies ofOld Javanese in two aspects related to the study of verbal affixes: words andclauses. Old Javanese verbal affixes are not simply fusions of form and meaningcombined with the base morphemes to which they are attached, but also the fusionof form and meaning which correlates with the syntactical characteristics of theaffixed verbs they create. |