:: UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

Representasi diri orang kulit hitam mengenai diskursus kecantikan = Self representation among dark skin people concerning discourse of beauty

Hasty Larasati; Lugina Setyawati Setiono, supervisor ([Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, ], 2016)

 Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana orang menilai kulitnya, apakah dinilai
cantik atau jelek. Hingga saat ini, cantik masih diasosiasikan dengan kulit putih, salah
satunya menurut orang-orang Indonesia. Hal ini menjadi penting karena bagaimana
kita merepresentasikan diri sendiri berkaitan dengan identitas kita− siapa kita dan
bagaimana kita ingin dilihat. Perilaku orang kulit hitam entah percaya diri dengan
kulitnya ataupun tidak, adalah cara mereka untuk merepresentasikan dirinya yang didapatkan dari negosiasi identitas. Tetapi diantara orang kulit hitam, ada yang secara
percaya diri merepresentasikan dirinya melawan diskursus tentang kecantikan atau
counter-discourse. Literatur terdahulu menjelaskan ada dua alasan terjadinya hal
tersebut, yaitu: rekognisi dan negosiasi. Rekognisi adalah saat aktor berjuang
melawan diskursus, sementara negosiasi adalah saat aktor menegosiasikan apa yang
ia miliki. Argumen dalam penelitian ini adalah perempuan bisa menolak diskursus
karena negosiasi, mereka memiliki pilihan dan otonomi atas tubuhnya. Mereka juga
bisa menolak diskursus karena memiliki kekuatan, yaitu melalui kekuatan tawar
menawar. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara
mendalam terhadap sembilan informan. Informan yang masuk dalam kriteria adalah
perempuan dengan usia 16 – 24 tahun karena rentang usia tersebut adalah rentang
usia dengan penggunaan internet yang besar. Klasifikasi warna kulit untuk pemilihan
informan didasarkan dengan skala warna kulit Fitzpatrick. Hasil penelitian
menemukan tujuh dari sembilan informan telah menolak diskursus kecantikan.
Informan juga menjelaskan bagaimana kepribadian atau kemampuan mereka bisa
menjadi kekuatan tukar menukar mereka yang mempermudah untuk menolak
diskursus kecantikan. Selain itu, informan telah melakukan negosiasi identitas dari
menerima diskursus tentang warna kulit yang diinginkan hingga menolaknya. Hal ini
bukanlah proses secara tiba-tiba, tetapi dibutuhkan peran dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah kesadaran diri sendiri tentang cantik, sementara
faktor eksternal berasal dari sosialisasi keluarga, teman atau media.

 File Digital: 1

Shelf
 MK-Hasty Larasati.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : MK-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: [Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, ], 2016
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : libUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource (rdacarries)
Deskripsi Fisik : v, 26 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI,
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
MK-pdf 11-22-96931076 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20434657