Latar belakang: Menurut Riskesdas 2007, umur Harapan Hidup (UHH) tinggi, morbiditas perempuan juga tinggiberdasarkan Riskesdas 2007 membutuhkan penjelasan. Perbedaan pola penyakit dan kesehatan perempuan dan lelaki dipengaruhi oleh faktor biologi, dan sosial, termasuk ketidak berdayaan, akses dan keterbatasan peran. Metode: Tulisan menggunakan perspektif jender untuk menganalisis fenomena dalam laporan Riskesdas 2007. Digunakan dua hipotesa jender dan kesehatan, keterpaparan terhadap risiko kematian yang dikembangkan oleh Lois Verbrugge dan sub-ordinasi perempuan yang dikembangkan oleh Amartya Sen untuk menjelaskan perbedaan morbiditas perempuan dan lelaki dalamlaporan Riskesdas 2007. Hasil: Kesetaraan status gizi dan akses terhadap layanan kesehatan balita perempuan dan lelaki dalam laporan Riskesdas 2007 membuktikan tidak ada ketimpangan jender di Indonesia. Lelaki Indonesia lebih tinggi terpapar pada risiko kematian terutama merokok dan kecelakaan, sedangkan perempuan Indonesia lebih banyak melakukan perilaku pro sehat. Namun lebih tingginya morbiditas dan mortalitas perempuan pada penyakit diare membutuhkan penelitianlebih lanjut. Kesimpulan: Status kesehatan dalam laporan Riskesdas 2007 menunjukkan tidak ada ketimpangan jender di Indonesia. Lebih tingginya keterpaparan lelaki terhadap faktor risiko kematian menyebabkan lebih tingginya kematian lelaki yang ditunjukkan dengan lebih rendahnya UHH lelaki Indonesia. Rekomendasi: Informasi kajian dapat dimanfaatkan untuk penyusunan program intervensi agar lelaki Indonesia, berperilaku pro sehat dan promosi kesehatan harus menekankan pada perlunya lelaki melakukan perilaku kesehatan serta mengurangi perilaku risiko terpapar kematian. |