Rasisme media politik merupakan kajian klasik yag menarik untuk diulas kembali,tentu sebagai pembaharuan pemikiran. Konsep Rasisme Media memandang mediamassa sebagai medan perang ideologi, di dalamnya terjadi pertentangan kelas antararuling class dan subordinat class. kekacauan inilah yang melahirkan rasis ideologimedia. Di mana elitis penguasa media memaksa subordinat class menerima kontenmedia yang sarat kepentingan ruling class. Meminjam pemahaman dari Stuart Hall(1932) melalui tulisannya yang tajam berjudul The Whites Of Their Eyes; RacistIdeologies and the Media. Ia mengungkapkan analisis dari praktek mediaberdasarkan perspektif dari teori kulturalis Marx, yakni dengan mengungkapkanotonomi media massa dan mengganti konsep Hegemoni Gramsci serta Althusseryang memandang media sebagai ideological state apparatus (Woollacott 1982: 110).Secara politis, tahun 2014 merupakan puncak dari hipotesis jurnalisme politik. Mediaterkooptasi, seolah wibawa ?media publik? runtuh seruntuh-runtuhnya oleh segelintirorang penguasa media. Kemudian yang ?segelintir? tersebut kesemuanya masuk keranah politik praktis. Dapat disebutkan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakriedengan Viva Group. Hary Tanoesoedibjo, calon wakil presiden usungan Partai HatiNurani Rakyat dengan MNC Group. Surya Paloh, pendiri sekaligus Ketua UmumPartai Nasional Demokrat dengan Media Indonesia Group. Dahlan Iskan, politisibaru melalui Partai Demokrat juga seorang Raja Media dibawah bendera Jawa Pos Group. |