ABSTRAK PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yangmempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusiaterutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untukmengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat.Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paruadalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskanperbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasiparu pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan PartowidigdoBogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatanpre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secarapurposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler danorthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapatmeningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapatmeningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005).Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik padaposisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan(p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi highfowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalammemberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikanposisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan ABSTRACT Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik(PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsiventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untukmenjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadapfungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasieksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi highfowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisihigh fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisiorthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler(p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik padaposisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, beratbadan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi highfowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalammemberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikanposisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan |