ABSTRAK PT. CSM adalah sebuah perusahaan agen tunggal dan produsen-produsen diluar negeri yang memasok berbagai bahan kimia yang dibutuhkan oleh pabrikpabrik enamel, keramik dan gelas yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. CSMmemiliki tiga divisi yang bergerak di bidang industri enamel, keramik dan gelas,oleh sebab itu sesuai dengan bidangnya divisinya dibagi menjadi Divisi Enamel,Divisi Keramik dan Divisi Gelas. Seiring dengan terjadinya perubahan kondisi pasar dan persaingan,perusahaan dituntut untuk mengembangkan kegiatannya untuk mengantisipasiperubahan-perubahan tersebut sambil tetap mencapai target laba perusahaan.Strategi yang ditempuh perusahaan adalah menambah satu divisi lagi yaituDivisi Resale yang bertugas untuk melayani berbagai kebutuhan bahan kimiadan pelanggan-pelanggan yang sudah ada dengan kuantitas pesanan yangrelatif kecil dan harus dipenuhi dalam waktu yang singkat. Dengan adanya DivisiResale, PT. CSM dikategorikan sebagai perusahaan dagang. Untuk mendanaipengembangan ini, perusahaan menyisihkan sebagian dananya untuk membelibarang persediaan. Dalam pasar persaingan yang ketat dan era perdagangan bebas,perusahaan harus mempunyai keunggulan dari segi biaya, mutu, waktu daninovasi. Bagi perusahaan, segi mutu berada diluar kendali perusahaan(uncontrollable) karena mutu dan barang yang diimpor telah ditentukan olehpemasok atau produsen di manca negara dan konsumen. Walaupun demikianperusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen dalam waktu singkatdengan mengadakan persediaan (stock) lokal seperti yang dilakukan oleh DivisiResale. Perusahaan dapat mengikuti inovasi terbaru dengan turut berpartisipasidalam berbagai pameran dan eksibisi yang diadakan di manca negara. Dengandemikian masalah yang terpenting bagi perusahaan pada saat ini adalahmelakukan efisiensi biaya, karena biaya berada dalam kendali perusahaan ataucontrollable. Tidak seperti divisi yang lain, Divisi Resale dipandang memiliki prospekyang baik di masa mendatang. OIeh sebab itu perusahaan banyak memberikanperhatian kepada Divisi Resale sebagai satu divisi yang diharapkan memberikanbanyak kontribusi pada laba perusahaan. Namun, Divisi Resale memilikimasalah yang dipandang perlu untuk dianalisis Iebih teliti, yaitu divisi ini seringkehilangan order hanya karena harga produk yang ditetapkan oleh divisi initerlalu mahal dibanding harga yang ditetapkan oleh pesaing, padahal dari segikualitas produknya tidak ada masalah. Selama ini penetapan harga pokok pada tiap kelompok produk dibuatdengan cara membebankan biaya langsung ditambah dengan biaya overheadyang dibebankan secara seragam kepada tiap kelompok produk. Perusahaantidak pernah memperhatikan apakah tiap kelompok produk tersebutmenggunakan sumber daya perusahaan secara seragam. Masalah iniIah yangakan dianalisis apakah telah terjadi kurang kalkulasi biaya produk (productundercosting) atau Iebih kalkulasi biaya produk (product overcosting) melaluipenelusuran biaya overhead berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsioleh tiap kelompok produk. Analisis ini lebih dikenal dengan istilah activity basedcosting. Evaluasi kinerja pada tiap divisi selama ini diakukan pada bidangkeuangan saja, yaitu dari total penghasilan aktivanya dibandingkan denganbudgetnya. Sehingga ada kepala divisi yang merasa dirugikan karena rasiopenghasilan per penjualannya relatif rendah. Hal ini terjadi karena penghasilanyang diterima merupakan presentase dari penjualan, dan presentase penjualanrendah ini telah dìtetapkan sesuai dengan agreement yang dibuat antaraperusahaan dengan produsennya sejak dahulu. Untuk menjamin perlakuan adilterhadap setiap divisi yang dinilai, dalam karya akhïr evauasi kinerja inidiakukan dua pendekatan, yaitu pendekatan keuangan dan non keuangan.Evaluasi kinerja dengan pendekatan keuangan, meninjau rasio penghasilanterhadap biaya yang berada dibawah kendali tiap kepala divisi. Evaluasi kinerjadengan pendekatan non keuangan, meninjau dengan balanced scorecard. Dari hasil analisis terhadap penetapan harga pokok, dapat disimpulkanbahwa telah terjadi lebih kalkulasi terhadap produk A dan B, dan terjadi kurangkalkulasi terhadap produk C. Walaupun produk A telah dibebani biaya overheadyang sesuai dengan konsumsinya terhadap penggunaan sumber dayaperusahaan, tetapi harga pokok yang baru masih tetap Iebih tinggi dari hargapasar, oIeh sebab itu disarankan untuk mengeluarkan produk A ini dankelompok produk yang akan dijual dan menggantinya dengan produk lain yangharga pokoknya lebih rendah daripada harga pasar, dan penetapan harganyadisarankan agar menggunakan sistem biaya yang baru diusulkan. Analisis evaluasi kinerja dan bidang keuangan diperoleh kesimpulanbahwa, kînerja yang terbaik ditunjukkan oleh divisi Enamel. Hasil ini memangsudah diperhitungkan karena divisi Enamel ini telah ada sejak awal berdirinyaperusahaan. Untuk sementara divisi Keramik tidak dapat menunjukkan kinerjayang baik, karena divisi ini harus banyak menggunakan sumber dayaperusahaan untuk mendanai biaya perjalanan pemasaran untuk berpartisipasidalam pameran keramik di luar negeri. Mengikuti pameran di luar negeri inidianggap penting karena inovasi produk dan teknologi pada bidang keramikberkembang sangat pesat. Untuk memperbaiki penghasilan divisi Keramik,disarankan untuk melakukan analisis dengan pendekatan extended value chainyaitu dengan cara mengadakan kerja sama dengan salah satu mitra kerja.produsen di luar negeri untuk memproduksi bahan kimia di Indonesia.Selanjutnya evaluasi kinerja dari bidang non keuangan diperoleh kesimpulanbahwa model baru balanced scorecard Iayak dipertimbangkan untuk diterapkandi perusahaan. |