ABSTRAK Terjadinya multi krisis di Indonesia pada medio tahun 1997 yang lalu membawaakibat langsung kepada dunia perbankan dan dunia usaha khususnya, yang ditunjukkandengan meningkatnya jumlah kredit macet (Non Performing Loan) di bank-hank umum diIndonesia. Bagi dunia perbankan meningkatnya kredit macet berakibat buruknyaperformance bank tersebut dan menyebabkan ratio kecukupan modal bank semakinberkurang (CAR). Sedangkan bagi dunia usaha macetnya kredit menyebabkanterhentinya roda usaha. Untuk itu diperlukan suatu kajian untuk mencari jalan keluaryang terbaik dan bermanfaat bagi kedua belah pihak, dunia perbankan dan dunia usahaapakah dengan rnerestrukturisasi hutang perusahaan ataukah melakukan penjualan asset. Mengambil studi kasus PT.SBN, perusahaan yang bergerak di bidangpengembangan perumahan, sebagai salah satu nasabah Bank XMl, yang mempunyai kreditsebesar Rp. 84.550.000,000,-, untuk mencari alternatif penyelesaian kredit bermasaah dibank tersebut. Bagaimanakah kinerja PT SBN, proyeksi pendapatannya serta kebijakanrestrukturisasi apakah yang akan diambil oleh Bank XMl merupakan hal ? hal yang ditelitioleh penulis dalam karya akhir ini. Analisa rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas serta rasiorentabilitas dan analisa investasi dengan menggunakan alat ukur Net Present Value dananalisa sensitivitas adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai kemungkinan PT.SBNuntuk dapat direstrukturisasi hutang-hutangnya ataupun tidak. Pemilihan alternatif restrukturisasi oleh Bank XMl adaLah Convert debt to equity,yaitu upaya menyehatkan struktur keuangan perusahaan melalui perubahan status pinjamanmenjadi penyertaan. Perubahan ini dapat bersifat sementara atau tetap, tergantung darikesepakatan antara peminjam dengan pemberi Pinjaman atau Divestment/Asset Settlementyaitu upaya menyehatkan keuangan perusahaan melalui penyerahan/penjualan asset. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi arus kas perusahaan dengan alternatif penyelesaìankonversi Debt to Equity ini didapatkan nilai NPV Restrukturisasi sebesar arus kas bersihproyek investasi. Berdasarkan rencana restrukturisasi semula, maka diperolehWACC proyek investasi semula sebesar 20,27 %. Hal ini didasarkan bahwa besarnyabiaya modal sendiri mencerminkan juga besarnya tingkat pengembalian yangdipersyaratkan atas modal sendiri yang digunakan untuk investasi. Selanjutnyadiasumsikan pula bahwa risiko proyek sama dengan risiko perusahaan. Berdasarkanbesarnya tingkat bunga Pinjaman, biaya modal sendiri, tarif pajak pendapatan dan risikoproyek, maka dapat ditentukan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) sebagai faktordiskonto terhadap arus kas bersih tahunan proyek investasi dalam analisis ini. estimasi uruskas dilakukan selama 11 tahun, di luar tahun nol maka diperoleh nilai sekarang bersih(NPV) sebesar Rp 117.856.495.491,-. Dalam analisis restrukturisasi hutang ini, diasumsikan bahwa besarnya biaya modalsendiri harus lebih tinggi dari tingkat bunga pinjaman yang diperkirakan akan berlakuselama periode investasi, yaitu sebesar 30 %. Adanya perubahan eksternal dan dalam usaha untuk memaksimumkan nilaiperusahaan, maka hal tersebut secara finansial dapat mempengaruhi kelayakan proyekdalam rangka restrukturisasi hutang PT. SBN, terutama melalui mekanisme perubahantingkat bunga pinjaman dan proporsi struktur pembiayaan, sehingga ekspektasì PT. SBNterhadap proyek investasi tersebut harus disesuaikan pula. Alternatif penyelesaian lain dengan menggunakan penjualan asset (divesilture), caraperhitungannya adalah menggunakan nilai asset yang telah dinilai oleh perusahaan penilaiindependen, kemudian nilai tersebut dicari nilai likuidasinya. Nilai likuidasi tersebutdianggap sebagai nilai pengembalian ke bank XMl. Adapun nilai pasar dari hasil penilaian independen tersebut adalahRp. 100.731.529.788,-. Nilai likuidasinya adalah 75% dari nilai pasar atau sebesar Rp.75.548.647.341,- yang merupakan nilal NPV-likuidasinya. Perhitungan analisa IRRdidapat sebesar -10,65% (minus 10,65%). Hal tebut disebabkan karena dengan modalyang sebesar Rp. 84.550.000.000 hanya dapat dikembalikan sebesarRp.75.548.647.341,-. Analisa Sensitivitas dari nilai NPV dengan cara convert debt to equity, dengan melakukanperubahan dan rencana semula pada proporsi struktur pembiayaan anlara modal sendiridengan pinjaman bank dengan tingkat bunga pinjaman yang tetap (23% per tahun), ternyataNPV terbesar berada pada proporsi struktur pembiayaan dengan modal sendiri sebesar 10% dan pinjaman bank sebesar 90 %, yaitu dengan nilai sebesarRp. 137.888.349.692,-. Adanya perubahan tingkat bunga pinjaman bank terutama pada akhir-akhir ini yakniadalah 28 % per tahun, maka bila rencana restrukturisasi semula jadi dilaksanakan NPVproyek akan menjadi lebih kecil yaitu sebesar hutang sebesar 60 %. Salah satu komponen yang cukup berpengaruh dalam penghitungan NPV adalah komponenweighted average cost of capital (WACC), yang berfungsi sebagai faktor diskonto.Komponen WACC memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Pada proporsi antara modal sendiri dengan pinjaman bank tetap, maka setiapkenaikan tingkat bunga pinjaman akan menyebabkan kenaikan nilai WACC yangberfungsi sebagai faktor diskonto, sehingga nilai NPV akan semakin rendah. 2) Pada tingkat buriga pinjaman tetap, maka setiap kenaikan modal sendiri pada proporsistruktur pembiayaan akan meningkatkan nilai WACC, yang berarti juga akanmemperkecil nilai NPV. Dengan demikian, setiap kenaikan tingkat bunga pinjaman atau proporsi modal sendiriterhadap pinjaman bank, Secara bersama-sama atau sendiri, akan meningkatkan nilaiWACC sebagai faktor diskonto. Namun kenaikan tingkat bunga pinjaman sebesar 1 %akan menyebabkan kenaikan WACC yang lebih kecil dibandingkan kenaikan proporsimodal sendiri sebesar 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan proporsi modal sendiriterhadap pinjaman bank akan lebih memberatkan, perusahaan dibanding dengan kenaikantingkat bunga pinjaman. Berdasarkan hasil perhitungan analisa sensitivitas dan nilai NPV-Restrukturisasiternyata dari ketiga skenario di atas masih lebih tinggi nilai NPV-nya dibandingkan denganalternatif penjualan asset (divestment) yang hanya sebesarRp. 75.548.647.341,-. Dengan demikian dapat disimpuilcan bahwa alternatif penyelesaian kredit bermasalah studikasus PT SBN pada Bank XMl dapat menggunakan cara restrukturisasi kredit/hutangdengan metode convert debt to equty dengan hasil kembalian yang tertinggi bagi bank.Dengan direstrukturisasi kredit PT. SBN yang berperan terhadap portofolio kredit sektorproperti sebesar 15,49 %, maka apabila dengan membaiknya performance kredit PT. SBNdapat memperbaiki kualitas aktiva produktif Bank XMl sebesar persentase tersebut di ataskhususnya di sektor properti dan selanjutnya cadangan penyisihan penghapusan aktivaproduktif (PPAP) Bank XMl menjadi berkurang sebesar pokok kredit PT. SBN yangsemula 100 % menjadi hanya sebesar maksimal 5 %. Dengan demikian dapatmeningkatkan laba bank XMl di masa mendatang. |