Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola perilaku kebersihan masyarakat perkotaan dalam kondisilingkungan bersih dan kotor. Gambaran pola perilaku kebersihan tersebut bermanfaat dalam memberikan sumbanganteoritik berupa model yang dapat menjelaskan tentang pola perilaku kebersihan di suatu wilayah, yang mengarah padamunculnya kondisi lingkungan yang bersih atau kotor. Faktor-faktor psikologis yang berasal dari individu pelaku danfaktor sosiofisik yang terkait dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan intervensi secara tepat guna menciptakanlingkungan hunian manusia yang bersih dan sehat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatifdimana peneliti bertindak sebagai primary instrument, mengamati, mengawasi, dan terlibat langsung dalam peristiwaatau kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari di perkotaan. Pengamatan dilakukan di 8 (delapan) lokasi. Data yangdiperoleh kemudian dibandingkan dengan kategori-kategori yang ada dan melakukan theoretical sampling darikelompok-kelompok yang berbeda guna memaksimalkan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan informasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan penghuni secara kolektif terhadap sampah yang terjadi secara terusmenerus dari hari ke hari merupakan proses yang membentuk pola perilaku kebersihan yang relatif menetap. Rangkaiantindakan kolektif yang selaras dengan motif bersama (memelihara kebersihan lingkungan) yang berdampak lingkunganbersih, membentuk pola perilaku kebersihan ”Y”. Dengan demikian program kebersihan dapat dinyatakan sebagaipembentukan pola perilaku kebersihan ”Y”. Sebaliknya rangkaian tindakan kolektif yang tidak selaras dengan motifbersama dan berdampak lingkungan kotor membentuk pola perilaku yang dinyatakan sebagai pola perilaku kebersihan”X”.The purpose of this study was to obtain a theoretical model on cleanliness behavior of the urban society. This modelwas built based on the pattern of cleanliness behavior which was studied by observing the psychological factors withinthe individual and the socio-physical factors related to the participants. The indicator used to measure the cleanliness ofthe environment was the quantity of garbage scattered around the observed location. By living in the society, theresearchers could observe and investigate the occurance of cleanliness behavior in the urban region. Direct observationwas conducted in 4 (four) clean and 4 (four) dirty group of locations. Qualitative methods were used to process theinformation from those groups, in order to get significant information regarding the differences and similarities fromthose locations. The result showed that society’s day-to-day collective action toward garbage created a pattern ofcleanliness behavior that is relatively permanent. A series of collective actions which were not in accordance with thecommunal motive formed cleanliness behavior pattern “X” and created a condition of dirty environment. Meanwhile,the other series of collective actions which were in accordance with the communal motives formed cleanliness behaviorpattern “Y”. The collective efforts of the society in a particular region to form cleanliness behavioral pattern “Y” isknown as Program Kebersihan (Cleanliness Program). |