:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Perubahan rumah Perumnas oleh penghuni : studi kasus perumahan Perumnas Klender, Jakarta = Changes of "Perumnas" houses by occupants : case study Perumnas Housing at Klender, Jakarta

Martin; Mohammad Soerjani, examiner; Sarlito Wirawan Sarwono, supervisor; Soewondo Bismo Soetedjo, supervisor ([Publisher not identified] , 1992)

 Abstrak

ABSTRAK
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang bersifat
fisik. Seperti kebutuhan dasar lainnya, kuantitas
minimum sukar dikurangi, tanpa berakibat buruk kepada
kesehatan (fisik dan jiwa), maupun mutu manusianya.
Hanya kualitas yang bisa disesuaikan dengan kondisi
Lingkungan alam, kemampuan dan tingkat budaya manusia
pendukungnya, termasuk arsitektur. Oleh karena itu,
tidak satu negara pun di dunia dimana tidak terdapat
masalah perumahan bagi masyarakatnya, terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan perumahan dalam skala
besar, terutama untuk masyarakat golongan menengah
ke bawah sejak Pelita II. Tetapi laju pembangunan masih di bawah
laju kebutuhan.
Sebagian besar pendanaan rumah?rumah tersebut di
Indonesia didukung melalui Kredit Pemilikan Rumah
Bank Tabungan Ngara (KPR?BTN ). Dalam Repelita V,
target pembangunan sebanyak 40.000 unit rumah ter
paksa diturunkan menjadi 350.000 unit, karena
pemerintah kekurangan dana. Oleh sebab itu, masalah
perumahan di Indonesia makin membesar. Di samping
itu, ternyata dari rumah?rumah tersebut setelah di
huni, banyak yang diubah, baik luasnya maupun bahan
bangunannya. Pada hal angsuran KPR sebesar 1/3 peng
hasilan keluarga sudah melebihi kemampuan masyarakat
pekerjia Indonesia untuk perumahan yang hanya 1/5
penghasilan keluarga. Ini suatu beban berat bagi
masyarakat yang kondisi ekonominya sudah sulit itu.
Bagi lingkungan, ini merupakai pemborosan sumberdaya
dan meningkatnya Iimbah. Perluasan rumah yang ter
paksa melanggar peraturan bangunan, karena terbatas
nya luas tanah kapling, akan menurunkan mutu ling
kungan fisik rumah tarsebut. Akibatnya, kanyamanan
rumah berkurang. Bila diatasi dengan kemajuan tekno
logi, akan membutuhkan tambahan biaya lagi untuk
membeli peralatan dan pembayaran rekening listrik.
Hal ini karena masalah karakteristik keluarga calon
penghuni belum dipertimbangkan dalam pembangunan
rumah secara massal tersebut. Yang dipertimbangkan
baru besar penghasilan keluarga, agar angsuran
kreditnya tidak macet.
Maksud penelitian ini adalah untuk menemukan faktor?
faktor karakteristik keluarga yang ada hubungan dan
pengaruhnya terhadap perluasan lantai rumah, berapa
luas lantai rumah rata?rata yang dibutuhkan, bahan
bangunan apa yang mereka pakai, hubungan karakteris
tik keluarga tersebut dengan penurunan rnutu lingkung
an fisik rumah, serta persepsi keluarga penghuni
terhadap rumahnya sebelum dan sesudah diubah.
Lokasi penelitian adalah di perumahan PERUMNAS Klen
der, ecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Penelitian
dilakukan pada rumah?rumah tipe D.45 dengan sampel
sebanyak 100 keluarga dan rumahnya. Teknik pengumpul
an data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara,
observasi, pengukuran, penggambaran, dan dokumenter.
Analisa data yang digunakan adalah analisis kuantita
tif (distribusi frekuensi, deskriptif, kai?kuadrat
dan regresi linier), dan analisis kualitatif.
Secara singkat, hasil penelitian sebagai berikut:
1. Lingkungan makro kompleks perumahan PERUMNAS
Klender cukup baik dalam hal keanekaragaman dan
penyebaran penghuni, sistem jaringan Jalan, trans
portasi dan drainase, kecuali suplai air minum dan
PAM DKI Jakarta. Untuk memecahkan masalah air ini,
penduduk memompa air ber-sih, dan air tanah dangkal
dengan pompa (listrik atau tangan). Keseimbangan
lingkungan meningkat terus dengan semakin lengkap
nya fasilitas sosial, sehingga mempengaruhi per
kembangan wilayah sekitarnya. Oleh sebab itu, para
penghuni betah tinggal di sana, tidak ingin pindah
ke tempat lain, walaupun mereka belum puas dan
masih ingin mengubah bahan bangunan dan luas rumah
mereka lagi.
2 Rata?rata luas lantai rumah sudah berkembang dari
45 M2 menjadi 76 M2 dengan luas tanah kapling rata?
rata 108 M2.
3 Tingkat pendidikan Kepala?keluarga, jumlah anggata
keluarga penghuni, dan luas tanah kapling, berkore
lasi positif dalam taraf nyata berarti, dan sangat
berarti, dengan perluasan lantai rumah.
4 Hubungan tingkat pendidikan Anak tertinggi, jumlah
penghasilan keluarga, daerah asal. Kepala?keluarga
dengan perluasan lantai rumah, tidak berarti.
Diduga para penghuni menggunakan dana di luar peng
hasilan mereka untuk mengubah rumahnya.
5. Dampak dari perubahan rumah?rumah tersebut, adalah
menurunnya mutu kelancaran sirkulasi udara dan mutu
pemanfaatan terang hari ke dalam rumah. Sekarang,
74% rumah?tangga, luas halaman yang tidak diperke
ras sudah di bawah 10% dan luas tanah kaplingnya.
6. Hubungan tingkat pendidikan (Kepala?keluarga dan
Anak tertinggi), tingkat penghasilan, daerah asal
Kepala?keluarga, dan luas tanah kapling, dengan
penurunan mutu lingkungan fisik rumah-rumah
tersebut, tidak berarti.
7 Jumlah anggota keluarga penghuni rumah, ada hubung
annya dalam taraf nyata berarti dengan mutu pe
manfaatan terang hari ke dalam rumah.
8 Walaupun dalam taraf nyata tidak berarti, terdapat
derajat hubungan sedang antara daerah asal Kepala?
keluarga dengan mutu pemanfaatan terang hari dan
luas tanah kapling yang tidak diperkeras. Pada
rumah?rumah yang Kepala?keluarganya berasal dari
Sumatera, relatif lebih baik daripada rumah?rumah
yang Kepala?keluarganya berasal dari Jawa.
9 Rumah?rumah tersebut sekarang, 14% sudah ber
tingkat, 11% jemuran sudah di atas atap, 32% sudah
melanggar garis sempadan bangunan dan setengah dan
responden menyatakan, mengubah rumahnya tanpa izin.

ABSTRACT
House is a physical basic need for human. Like other
basic needs, minimum quantity is difficult to be mi
nimized without having bad impact, to health (psyche
and physical), and to human quality. It is only the
quality which is able to be adapted with natural en
vironment condition, the capability and cultural le
vel of its supporter human including the architec
ture. Therefore, we can always find housing problems
among the citizen over the countries around the
world, mainly in the middle and low class citizen.
Indonesian Government has executed housing develop
ment in large scale, mainly for low and middle class
community since Pelita II. Nevertheless the rate of
housing necesity is still above the rate of housing
development rate.
Most of housing fund in Indonesia is supported by
the house owning credit from Bank Tabungan Negara
(KPR?BTN). In Repelita V, development target as much
as 450,000 houses unit is compulsory decreased the
350,000 unit because of the shortage of housing fund
of Indonesian government. In that case, housing
problem in Indonesia is still even bigger. In
reality, most of occupied houses are changed by
them, either the area of the house and the material
of the house. Whereas, amount of KPR installment as
much as 1/3 family income has exceeded the
capability of housing income separation that reach
1/5 family incarne cl Indonesian worker community.
It is actually become a burden for the community
whose hard enough economic condition. For environ
ment, it represent a waste of resources and the
escalation of rubbish. House expansion that is com
pulsary violating house establishment regulation
because of the limited kavling land area wìIl reduce
the physical environment quality of the house. In
addition, the house convenience also reduce. If it
is excelled by technology achievement, the techno
logy itself will require extra cost for purchasing
tools arid the amount of electrical bill. The case
due to family characteristic of prospective occupant
has not yet been considered in housing develoPment
at large scale. The consideration is always the
family income that is big enough to afford credit
installment to avoid credit breakdown.
The purposes of the research are to find: family
characteristic factors that have relationship and
correlation to house floor expansion, the average of
house floor needed, what materials are used, family
charateristic relationship with the reduction of
physical environment quality of the house, and also
the occupant families perception to their house
before and after the changing.
Research location is applied to PERUMNAS Klender
Housing, Duren Sawit District, East Jakarta. The
research is conducted on type D.45 houses with sam
ples as much as 100 families and their houses. The
data collecting technic that used are: questionaire,
interview, observation, measurement, drawing and
documentary. The data analysis, cover the quantita
tive analisis (frequency distribution, descriptive,
chi?square and linier regression), and qualitative
analysis.
In short, this research has proceeded as follows:
1. Macro environment of housing at the PERUMNAS
Kiender Housing is good enough in diversity and
dispersion resident, read net system, trans
portation, drainage, except, the fact that
drinking water supply from PAM DKI jakarta is bad.
In order to solve water problem, the residents
pump clean water from shallow land water either
electrically and manually.
Environment homeostatic increase properly keeping
up with the completion of social facility, that
influence its surronding growth. Therefore, the
occupants is living comfortably, They will not
move to another place, although they are not
satisfy enough that they will still want to change
the materials and ecpand their house again.
2 The average of floor area had been expanded, from
45 m2 to 76 m2 with the average of land kavling
area is 108 m2.
3 Education Level of family head, number of family
occupant member, and kavUng land area has a
positive correlation within significant at the
0,05 and 0,01 level with house floor enlargement.
4 The relationship of the children highest education
level, amount of family income, origin region of
family head, with house floor enlargement is not
significant. It is presume the occupants use their
extra income to afford the changing of their
houses.
5 Impact of the house changing: the air circulation
quality and the utilization of indoor day light
are reducing. There are 74 % of houses whose not
hardened yard is below the number of 10 % from
kaviing land area.
6 The relationship of the highest education level
(of family head and his children), income level,
origin region of family head, kaviing land area,
with the decrease of physical environment quality
of the houses, are not significant.
7. The number of family member of house occupant, has
a relationship significant at the 0,05 level, with
the utilization of day light.
8 Although there is an insignificant, there exist a
middle degree of association among origin region
of family head with quality of daylight utiliza
tion, and not hardened kaviing land area. Such
degree of association of the houses, whose family
head coming from Sumatera, its appearance is to be
relatively better than the houses whose family
head coming from Java.
9 Nowadays from houses, there are 14 7. storied
houses, 11% of bleachfield is upstair, 32%
violated building border line, and half of the
samples claim that they had changed the houses
without pemission.

 File Digital: 1

Shelf
 T4139-Martin.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1992
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xxii, 239 pages ; illustration : 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20442289