ABSTRAK Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang bersifatfisik. Seperti kebutuhan dasar lainnya, kuantitasminimum sukar dikurangi, tanpa berakibat buruk kepadakesehatan (fisik dan jiwa), maupun mutu manusianya.Hanya kualitas yang bisa disesuaikan dengan kondisiLingkungan alam, kemampuan dan tingkat budaya manusiapendukungnya, termasuk arsitektur. Oleh karena itu,tidak satu negara pun di dunia dimana tidak terdapatmasalah perumahan bagi masyarakatnya, terutama bagimasyarakat golongan menengah ke bawah Pemerintah Indonesia telah melaksanakan perumahan dalam skalabesar, terutama untuk masyarakat golongan menengahke bawah sejak Pelita II. Tetapi laju pembangunan masih di bawahlaju kebutuhan.Sebagian besar pendanaan rumah?rumah tersebut diIndonesia didukung melalui Kredit Pemilikan RumahBank Tabungan Ngara (KPR?BTN ). Dalam Repelita V,target pembangunan sebanyak 40.000 unit rumah terpaksa diturunkan menjadi 350.000 unit, karenapemerintah kekurangan dana. Oleh sebab itu, masalahperumahan di Indonesia makin membesar. Di sampingitu, ternyata dari rumah?rumah tersebut setelah dihuni, banyak yang diubah, baik luasnya maupun bahanbangunannya. Pada hal angsuran KPR sebesar 1/3 penghasilan keluarga sudah melebihi kemampuan masyarakatpekerjia Indonesia untuk perumahan yang hanya 1/5penghasilan keluarga. Ini suatu beban berat bagimasyarakat yang kondisi ekonominya sudah sulit itu.Bagi lingkungan, ini merupakai pemborosan sumberdayadan meningkatnya Iimbah. Perluasan rumah yang terpaksa melanggar peraturan bangunan, karena terbatasnya luas tanah kapling, akan menurunkan mutu lingkungan fisik rumah tarsebut. Akibatnya, kanyamananrumah berkurang. Bila diatasi dengan kemajuan teknologi, akan membutuhkan tambahan biaya lagi untukmembeli peralatan dan pembayaran rekening listrik.Hal ini karena masalah karakteristik keluarga calonpenghuni belum dipertimbangkan dalam pembangunanrumah secara massal tersebut. Yang dipertimbangkanbaru besar penghasilan keluarga, agar angsurankreditnya tidak macet. Maksud penelitian ini adalah untuk menemukan faktor?faktor karakteristik keluarga yang ada hubungan danpengaruhnya terhadap perluasan lantai rumah, berapaluas lantai rumah rata?rata yang dibutuhkan, bahanbangunan apa yang mereka pakai, hubungan karakteristik keluarga tersebut dengan penurunan rnutu lingkungan fisik rumah, serta persepsi keluarga penghuniterhadap rumahnya sebelum dan sesudah diubah. Lokasi penelitian adalah di perumahan PERUMNAS Klender, ecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Penelitiandilakukan pada rumah?rumah tipe D.45 dengan sampelsebanyak 100 keluarga dan rumahnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara,observasi, pengukuran, penggambaran, dan dokumenter.Analisa data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (distribusi frekuensi, deskriptif, kai?kuadratdan regresi linier), dan analisis kualitatif. Secara singkat, hasil penelitian sebagai berikut: 1. Lingkungan makro kompleks perumahan PERUMNASKlender cukup baik dalam hal keanekaragaman danpenyebaran penghuni, sistem jaringan Jalan, transportasi dan drainase, kecuali suplai air minum danPAM DKI Jakarta. Untuk memecahkan masalah air ini,penduduk memompa air ber-sih, dan air tanah dangkaldengan pompa (listrik atau tangan). Keseimbanganlingkungan meningkat terus dengan semakin lengkapnya fasilitas sosial, sehingga mempengaruhi perkembangan wilayah sekitarnya. Oleh sebab itu, parapenghuni betah tinggal di sana, tidak ingin pindahke tempat lain, walaupun mereka belum puas danmasih ingin mengubah bahan bangunan dan luas rumahmereka lagi. 2 Rata?rata luas lantai rumah sudah berkembang dari45 M2 menjadi 76 M2 dengan luas tanah kapling rata?rata 108 M2. 3 Tingkat pendidikan Kepala?keluarga, jumlah anggatakeluarga penghuni, dan luas tanah kapling, berkorelasi positif dalam taraf nyata berarti, dan sangatberarti, dengan perluasan lantai rumah. 4 Hubungan tingkat pendidikan Anak tertinggi, jumlahpenghasilan keluarga, daerah asal. Kepala?keluargadengan perluasan lantai rumah, tidak berarti.Diduga para penghuni menggunakan dana di luar penghasilan mereka untuk mengubah rumahnya. 5. Dampak dari perubahan rumah?rumah tersebut, adalahmenurunnya mutu kelancaran sirkulasi udara dan mutupemanfaatan terang hari ke dalam rumah. Sekarang,74% rumah?tangga, luas halaman yang tidak diperkeras sudah di bawah 10% dan luas tanah kaplingnya. 6. Hubungan tingkat pendidikan (Kepala?keluarga danAnak tertinggi), tingkat penghasilan, daerah asalKepala?keluarga, dan luas tanah kapling, denganpenurunan mutu lingkungan fisik rumah-rumahtersebut, tidak berarti. 7 Jumlah anggota keluarga penghuni rumah, ada hubungannya dalam taraf nyata berarti dengan mutu pemanfaatan terang hari ke dalam rumah. 8 Walaupun dalam taraf nyata tidak berarti, terdapatderajat hubungan sedang antara daerah asal Kepala?keluarga dengan mutu pemanfaatan terang hari danluas tanah kapling yang tidak diperkeras. Padarumah?rumah yang Kepala?keluarganya berasal dariSumatera, relatif lebih baik daripada rumah?rumahyang Kepala?keluarganya berasal dari Jawa. 9 Rumah?rumah tersebut sekarang, 14% sudah bertingkat, 11% jemuran sudah di atas atap, 32% sudahmelanggar garis sempadan bangunan dan setengah danresponden menyatakan, mengubah rumahnya tanpa izin. ABSTRACT House is a physical basic need for human. Like otherbasic needs, minimum quantity is difficult to be minimized without having bad impact, to health (psycheand physical), and to human quality. It is only thequality which is able to be adapted with natural environment condition, the capability and cultural level of its supporter human including the architecture. Therefore, we can always find housing problemsamong the citizen over the countries around theworld, mainly in the middle and low class citizen. Indonesian Government has executed housing development in large scale, mainly for low and middle classcommunity since Pelita II. Nevertheless the rate ofhousing necesity is still above the rate of housingdevelopment rate. Most of housing fund in Indonesia is supported bythe house owning credit from Bank Tabungan Negara(KPR?BTN). In Repelita V, development target as muchas 450,000 houses unit is compulsory decreased the350,000 unit because of the shortage of housing fundof Indonesian government. In that case, housingproblem in Indonesia is still even bigger. Inreality, most of occupied houses are changed bythem, either the area of the house and the materialof the house. Whereas, amount of KPR installment asmuch as 1/3 family income has exceeded thecapability of housing income separation that reach1/5 family incarne cl Indonesian worker community.It is actually become a burden for the communitywhose hard enough economic condition. For environment, it represent a waste of resources and theescalation of rubbish. House expansion that is compulsary violating house establishment regulationbecause of the limited kavling land area wìIl reducethe physical environment quality of the house. Inaddition, the house convenience also reduce. If itis excelled by technology achievement, the technology itself will require extra cost for purchasingtools arid the amount of electrical bill. The casedue to family characteristic of prospective occupanthas not yet been considered in housing develoPmentat large scale. The consideration is always thefamily income that is big enough to afford creditinstallment to avoid credit breakdown. The purposes of the research are to find: familycharacteristic factors that have relationship andcorrelation to house floor expansion, the average ofhouse floor needed, what materials are used, familycharateristic relationship with the reduction ofphysical environment quality of the house, and alsothe occupant families perception to their housebefore and after the changing. Research location is applied to PERUMNAS KlenderHousing, Duren Sawit District, East Jakarta. Theresearch is conducted on type D.45 houses with samples as much as 100 families and their houses. Thedata collecting technic that used are: questionaire,interview, observation, measurement, drawing anddocumentary. The data analysis, cover the quantitative analisis (frequency distribution, descriptive,chi?square and linier regression), and qualitativeanalysis. In short, this research has proceeded as follows: 1. Macro environment of housing at the PERUMNASKiender Housing is good enough in diversity anddispersion resident, read net system, transportation, drainage, except, the fact thatdrinking water supply from PAM DKI jakarta is bad.In order to solve water problem, the residentspump clean water from shallow land water eitherelectrically and manually. Environment homeostatic increase properly keepingup with the completion of social facility, thatinfluence its surronding growth. Therefore, theoccupants is living comfortably, They will notmove to another place, although they are notsatisfy enough that they will still want to changethe materials and ecpand their house again. 2 The average of floor area had been expanded, from45 m2 to 76 m2 with the average of land kavlingarea is 108 m2. 3 Education Level of family head, number of familyoccupant member, and kavUng land area has apositive correlation within significant at the0,05 and 0,01 level with house floor enlargement. 4 The relationship of the children highest educationlevel, amount of family income, origin region offamily head, with house floor enlargement is notsignificant. It is presume the occupants use theirextra income to afford the changing of theirhouses. 5 Impact of the house changing: the air circulationquality and the utilization of indoor day lightare reducing. There are 74 % of houses whose nothardened yard is below the number of 10 % fromkaviing land area. 6 The relationship of the highest education level(of family head and his children), income level,origin region of family head, kaviing land area,with the decrease of physical environment qualityof the houses, are not significant. 7. The number of family member of house occupant, hasa relationship significant at the 0,05 level, withthe utilization of day light. 8 Although there is an insignificant, there exist amiddle degree of association among origin regionof family head with quality of daylight utilization, and not hardened kaviing land area. Suchdegree of association of the houses, whose familyhead coming from Sumatera, its appearance is to berelatively better than the houses whose familyhead coming from Java. 9 Nowadays from houses, there are 14 7. storiedhouses, 11% of bleachfield is upstair, 32%violated building border line, and half of thesamples claim that they had changed the houseswithout pemission. |