ABSTRAK Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalahharga. Tidaklah mudah untuk rnenetapkan suatu strategi penentuan harga. Kesalahan umumyang sering terjadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehinggauntuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelasekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomisehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulangpokok bahkan tidak dapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasikepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek. Kebijakan harga juga dapat merupakan salah satu senjata yang tersedia bagi manajeruntuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untukbauran produk berdasarkan produk lini, diferensiasi, dan lain-lain. Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oíeh faktorinternal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu IATA (InternationalAir Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordìnasìkanpenetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yangdimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yangada. Didalam penulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasaangkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalah ruteJakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia. Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesìa dipilih disini karena surnberpermintaan pasar Jakarta - Singapura adalah berasal dari Indonesia dan Garuda Indonesiamenguasai pangsa pasar yang terbesar, aitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarikadalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misiyang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitumelaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang pembangunan danekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidanglainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi path bisnis karena misiyang diembannya tersebut. Lingkup strategi penetapan harga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanyapada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dankelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar. kualitas produk; analisis atas misi,tujuan, strategi barga yang tepat; serta ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemenntahyang akan memngkazkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar. Telah dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarah operasional GarudaIndonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergidengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesiaseperti: strategi penetapan harga, pangsa pasar GA dan SIA, dan nilal kurs dollar Singapura.Ditemukan bahwa ada dua cara strategi harga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dankedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi danpulang. Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi harga dengan pemberian reduksi akanmenurunkan pendapatan Garuda sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 1 1,5%.Sedangkan bila dilakukan strategi menaikan harga, maka pendapatan Garuda akan turun lebihsedikit yaltu 7,9% tetapi parigsa pasar Garuda akan turun drastis 28%. Pada sektor Singapura - Jakarta, strategi harga dengan pemberian reduksi akanmenurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%. Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. Hal ini cukup logis karenasebagian besar penumpang melakukan perjalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapisensitif terhadap penurunan harga. Dengan mengetahul hal ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitasstrategi bisnis Garuda dalam melakukan aktivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalahuntuk rneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapatdilakukan strategi kenaikan harga. Jika obyektifdari strategi barga adalah untuk memperbesarpangsa pasar, maka sebaiknya Garuda melakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasartersebut. Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Garuda akan memiliki citra yang baik bagipenumpang. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangkapanjang akan tercapai. Jadi keuntungan yang akan diperoleh Garuda adalah keuntungan untukjangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing danmudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yangterkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan hargayang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkanpendapatan yang lebih tinggi. Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan rnelakukan strategi hargabundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisatauntuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumenJakarta-Singapura bertujuan untuk wisata terrnasuk dengari penerbangan lanjutan dan sebagiandikombinasikan dengan bisnis. |