ABSTRAK Tesis ini meneliti tentang efisiensi relatif 44 Puskesmas Kecamatan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 dan 2013. Analisis dalam penelitian inimenggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA , model Charnes, Cooper, dan Rhodes CCR dengan asumsi constant return to scale, dan berorientasi input. Variabel input yang digunakan yaitu: jumlah tenaga kesehatan profesional; jumlah tenaga non kesehatan; belanja obat-obatan dan reagan laboratorium; dan belanja alat kesehatan habis pakai, sedangkan variabel output yaitu: jumlah kunjungan pasien Puskesmas; persentase peserta KB; dan pendapatan Puskesmas. Dari hasil perhitungan, 17 Puskesmas 38,64 persen efisien dan 27 Puskesmas 61,36 persen inefisien pada 2012. Di tahun 2013, 20 Puskesmas 45,45 persen efisien dan 24 Puskesmas 54,55 persen inefisien. Dari tahun 2012 hingga 2013, 9 Puskesmas 20,45 persen dapat mempertahankan nilai efisiensi sebesar 100; 8 Puskesmas 18,18 persen efisien pada 2012 justru menjadi inefisien pada tahun 2013; 11 Puskesmas 25,00 persen yang pada tahun 2012 inefisien, pada tahun 2013 menjadi efisien; 16 Puskesmas 36,36 persen inefisien pada tahun 2012, namun belum dapat memperbaiki nilai efisiensi pada 2013. Bagi Puskesmas yang inefisien dapat diperbaiki nilai efisiensinya dengan melakukan penyesuaian nilai input berdasarkan hasil perhitungan DEA. ABSTRACT This research analyze the relative efficiency of 44 Puskesmas Kecamatan in Jakarta in 2012 and 2013, using Data Envelopment Analysis DEA approach, Charnes, Cooper and Rhodes CCR model assuming constant return to scale with input oriented scheme. Input variables in this research consist of numbers of professional health staffs numbers of non medical staffs, drugs and reagan expenditures and consumables medical devices expenditures, while the output variables consitst of numbers of patient visits percentage of family planning program participants and Puskesmas revenues. The result found that 17 Puskesmas 38,64 percent were efficient, and 27 Puskesmas 61,36 percent remaining were inefficient in 2012. In 2013, 20 Puskesmas 45,45 percent were efficient while 24 Puskesmas 54,55 percent were inefficient. From 2012 to 2013, 9 Puskesmas 20,45 percent maintain the efficiency scores of 100, while 8 Puskesmas 18,18 percent were efficient in 2012 but inefficient in 2013. The sum of 11 Puskesmas 25,00 percent were inefficient in 2012, became efficient in 2013, while 16 Puskesmas 36,36 percent were inefficient in 2012 but has not been able to improve the efficiency scores by the year 2013. For inefficient Puskesmas, efficiency scores can be improved by adjustments of input values based on DEA calculation. |