Di tingkat nasional dan daerah telah terdapat kebijakan publik, program dankegiatan untuk menanggulangi HIV/AIDS, namun jumlah kasus HIV/AIDSmeningkat setiap tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitascollaborative governance antarpemangku kepentingan dalam pelayanankomprehensif berkesinambungan untuk menanggulangi HIV/AIDS di KotaSurakarta. Penelitian ini merupakan studi kasus jenis exploratory. Informanditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan datadilakukan pada 2 Juli ? 2 September 2013 dengan wawancara mendalam,observasi, focus group discussion, dan dokumentasi. Teknik analisis datadengan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberidan penerima layanan berperan dalam penanggulangan HIV/AIDSsesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Program pencegahan dan penjangkauan,layanan kesehatan, reduksi bahaya, dan pemberdayaan belumefektif karena komitmen terhadap tujuan dan sikap saling percaya antarpemangkukepentingan belum optimal, petugas lapangan kurang profesional,terdapat konflik laten antarpemangku kepentingan, kurang optimalnya koordinasiantaranggota Komisi Penanggulangan AIDS Daerah KotaSurakarta dan rendahnya anggaran untuk penanggulangan HIV/AIDS karenaHIV/AIDS belum menjadi isu prioritas dalam pembangunan daerah.Disimpulkan bahwa kolaborasi governance antarpemangku kepentinganbelum efektif. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kolaborasigovernance antarpemangku kepentingan, harus ada norma, struktur, danproses yang jelas dalam menanggulangi HIV/AIDS.There have been public policies, programs and activities to cope withHIV/AIDS in Indonesia at national and local level, but number of HIV/AIDScases is increasing every year. This study aimed to determine effectivity ofcollaborative governance between stakeholders in a sustainable comprehensiveservice to cope with HIV/AIDS in Surakarta City. This study was anexploratory study. Informants were selected using purposive sampling technique.Data collection was conducted on 2 July ? 2 September 2013 usingin-depth interview, observation, focus group discussion, and documentation.Technique of data analysis was an interactive analysis model. Resultsshowed that service provider and receiver had taken roles in HIV/AIDS copingbased on their own duty and function. Prevention and outreach, healthcareservice, harm reduction and empowerment programs had not been yeteffective because of less optimal commitment to purpose and mutual trustbetween stakeholders, less professional fieldworkers, latent conflict occurredbetween stakeholders, less optimal coordination between AIDSCoping Commission of Surakarta City members, and low budget forHIV/AIDS coping as HIV/AIDS is not yet a priority issue in regional development.In brief, collaborative governance between stakeholders is not yetefffective. To improve the quality and collaborative governance effectivitybetween stakeholders, there should be any clear norm, structure andprocess in coping with HIV/AIDS. |