ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia termasuk BRI,antara lain terletak pada struktur pendapatannya yang sangat tergantung pada pendapatanbunga (interest income). Kenaikan tingkat suku bunga simpanan sebagai salah stum akibat dariterjadinya krisis ekonomi, tidak dapat segera diatasi dengan cara menaikkan suku bungapinjaman. Hal ini terjadi selain karena adanya ketentuan review suku bunga secara periodik,juga dampak kenaikan tersebut sangat memberatkan nasabah. Jumlah kredit bermasalah yangsemakin meningkat menyebabkan tidak seimbangnya antara pendapatan bunga dengan biayabunga yang harus ditanggung oleh bank. Dengan net interest margin yang negatif di satu sisi,dan di sisi lain pendapatan lainnya di luar bunga tidak dapat menutupi selisih tersebut, makabank mengalami negative spread. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka bank perlu melakukan terobosan barudengan cara merubah struktur pendapatannya secara bertahap melalui penggalian potensiuntuk meraih pendapatan di luar bunga (fee based income). Fee tersebut diperoleh atas dasarpelayanan (service) yang diterima oleh nasabah. Bank yang mampu memberikan kepuasankepada nasabahnyalah yang akan dapat mengumpulkan semakin banyak pendapatan dariberbagai macam fee. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kancah persaingan dalamindustri perbankan Indonesia di masa mendatang akan dipimpin oleh bank yang mampumelepaskan diri dan ketergantungannya terhadap pendapatan bunga. Dan bank tersebutadalah bank yang senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan kondisi Iingkungannya,termasuk daiam merespon setiap tuntutan nasabahnya. BRI sebagal bank dengan jaringan yang sangat luas dan jumlah nasabahnya yangmencapai puluhan juta orang, memiliki potensi yang sangat besar untuk dapatmengembangkan beberapa jenis produk/jasa perbankan yang berbasiskan pelayanan. Denganmemungut fee per transaksi sebagai pendapatan, maka jumlah nasabah yang banyak tersebutakan menjadi modal utama untuk dapat meningkatkan kinerja profitabililas BRI di luarpendapatan bunga. Selain itu, budaya baru BRI yang secara tegas mencantumkan ?kepuasannasabah? (customer satisfaction) sebagai salah satu unsur budaya kerja, merupakan landasanyang kuat dalam usaha meraih sukses dalam bisnis jasa/pelayanan ini. Dengan meningkatnyafee based income sebagai sumber pendapatan yang iebih ?sustainable? maka secara pasti akanmengurangi ketergantungan BEl kepada pendapatan bunga, sehingga akan meningkatkan pulakinerja perusahaan secara keseluruhan. Dari beberapa jenis jasa yang dapat dijadikan sumber fee based income, makainternational payment merupakan salah satu produk yang memiliki potensi sangat tinggiuntuk segera dikembangkan menjadi produk yang unggul. Pemanfaatan jaringan kerja yangluas dan tersebar, jumlah nasabah yang mencapai puluhan juta, disertai usaha danpembenahan atas segala kekurangan yang masih ada, terutama di bidang teknologi akanmenempatkan BRI pada posisi unggul dalain persaingan. Keberhasilan dalammengernbangkan bisnis ini tidak hanya akan menghasilkan income bagi BRI, tetapi sekaligusmemberikan dampak berantai (multiplier effect) yang disebabkan oleh meningkatnya citraperusahaan, dan berpotensi untuk menghasiikan other income dan proses ?cross-selling?terhadap produk BRI lainnya maupun kegiatan promosi gratis oleh nasabah. Peranan bank koresponden, khususnya bank depositori koresponden sangat besar sekalidalam kegiatan bisnis international payment. Selain bertindak sebagai distributor, supplier,sekaligus kasir dalam transaksi, bank depositori koresponden berperan aktif dalam usahamemberikan pelayanan yang baik kepada nasabah. Untuk meraih kesuksesan seperti yangdiharapkan di atas, tidak ada cara lain selain terus berusaha meningkatkan kualitas pelayananmelalui pemanfaatan secara maksimal atas seluruh sumber daya perusahaan, termasukjaringan bank koresponden yang dimiliki demi mencapai kepuasan nasabah. Dalam usaha mengembangkan konsep bisnis international payment sebagai pendorongkeuntungan (profit boosters) bagi BRI khususnya fee based income, maka selain kompetensidi bidang relationship management yang telah dimiliki, barus ditunjang pula dengankompetensi lainnya seperti transaCtion processing dan risk management. Kompetensi tersebuthanya bisa diperoleh dengan dukungan teknologi yang memadai. Salah satu alternatif untukmenguasai teknologi tersebut adalah melalui outsourcing. |