ABSTRAK Money Illusion adalah ?a tendency to think in terms of nominal rather than realmonetary values? (Shafir, dkk, 1997). Penelitian mengenai konsep ini di Indonesiapernah dilakukan oleh Susianto (1998), Ariani (1999) dan Cahyadi (1999). Namunkeempat penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda. Menurut pendapatShafir, dkk bahwa proporsi responden yang mengalami Money Illusion pada bentukkasus dengan titik referensi nominal akan lebih besar daripada proporsi respondenpada bentuk kasus dengan titik referensi riil. Shafir, dkk melakukan penelitian padaaspek penghasilan, transaksi, kontrak, investasi, akuntansi mental dan keadilan.Sedangkan hasil penelitian Susianto (1998) pada aspek penghasilan menunjukkanbahwa proporsi responden yang mengalami Money Illusion pada kedua tipe kasustersebut tidak berbeda secara signifikan. Demikian pula dengan hasil penelitian Ariani(1999) pada aspek penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi dalamhiperinflasi terhadap mata uang asing menunjukkan bahwa ternyata ibu rumah tanggakelas menengah tidak mengalami Money Illusion. Namun sebaliknya hasil penelitianCahyadi (1999) pada aspek transaksi yang dilakukan pada masyarakat berpendapatanrendah menunjukkan bahwa mereka terkena Money Illusion. Penelitian Shafir, dkk (1997) dan Susianto (1998) dilakukan dengan menggunakankasus pada tingkat inflasi rendah. Sedangkan Ariani dalam penelitiannya melakukankombinasi tingicat inflasi, yaitu yang digunakan pada penelitian Shafir, dkk, Susiantodan kondisi pada saat penelitiannya dilakukan. Keempat penelitian sebelumnyadilakukan dengan menggunakan responden yang berbeda satu sama lain. Dalampenelitian ini responden yang digunakan adalah ibu rumah tangga tingkat sosialekonomi atas. Dipilihnya ¡bu rumah tangga, karena ingin membandingkan denganpenelitian yang dilakukan oleh Ariani. Karena diduga ibu rumah tangga tingkat sosialekonomi atas akan mengalami Money Illusion. Penelitian ini menggunakan metodekuesioner dalam bentuk kasus. Aspek yang diteliti sama dengan yang dilakukan olehAriani, yaitu aspek penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi dalamhiperinflasi terhadap mata uang asing. Hasilnya adalah untuk mengetahui proporsiresponden yang mengalami Money Illusion pada masing-masing aspek, kemudiandianalisa dengan menggunakan uji Binomial dan Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata ibu rumah tangga tingkat sosialekonomi atas tidak mengalami Money illusion untuk empat aspek yang diteliti, kecualiuntuk aspek transaksi pada tingkat inflasi 75 %. Sedangkan pada aspek persepsiterhadap mata uang asing, temyata hasil penelitian ini tidak mendukung asumsi dariFisher (1928). Disamping itu, pengujian variabel juga dilakukan dengan menggunakan crosstabulation dan correlation, untuk mengetahui bagaimana hubungan antara aspekaspek Money Illusion (seperti penghasilan, transaksi, akuntansi mental dan persepsi)dengan faktor usia, pendidikan dan pengeluaran. Hasilnya menunjukkan bahwa faktorusia, pendidikan dan pengeluaran ternyata tidak berpengaruh secara signifikanterhadap pengalaman Money Illusion pada seseorang. Namun demikian hubungansatu-satunya hanya teij adj antara tingkat pendidikan dengan Money illusion padaaspek penghasilan, tetapi korelasinya lemah. |