ABSTRAK Krisis ekonomi di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya tingkat suku bunga,merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan tida tersedianya likuiditasmenghentikan kegiatan usaha di Indonesia. Kebanyakan usaha yang dibiayai dengan hutangdalam mata uang asing, menyebabkan banyak perusahaan mengalami lonjakan tanggunganhutang dan ketidakrnampuan membayar bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo.Ancaman kebangkrutan melanda hampir semua perusahaan di Indonesia pada saat krisis yangdimulai pertangahan tahun 1997 itu. PT Astra International, Tbk sebagai salah satu perusahaan publik yang masuk dalamjajaran perusahaan besar dengan manajemen yang baik, ikut terkena dampak krisis tersebut.Menurut laporan akuntan publik yang dipublikasikan, Astra tidak sanggup lagi membayarbunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo sehingga daiancam kebangkrutan ataupengambil alihan oleh pihak lain. Manajemen Astra yang baik menanggapi denganmengajukan usulan restrukturisasi hutang-hutangnya terhitung tanggal 1 Januari 1999, denganmembeli sebagian hutang dengan harga diskon dan menerbitkan obligasi Astra Seri III untukmenggantikan hutang Iamanya. Dengan negoisasi yang gigih, para eksekutif puncak Astraberhasil memperoleh kepercayaan dengan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yangdisetujui usulan restrukturisasinya. Kasus ini dijadikan penelitian dalam Karya Akhir ini dilihat dan sisi manajemenkeuangan, dengan mengevaluasi pengaruh program restrukturisasi itu terhadap value of theKrisis ekonomi di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya tingkat suku bunga,merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing clan tida tersedianya likuiditasmenghentikan kegiatan usaha di Indonesia. Kebanyakan usaha yang dibiayai dengan hutangdalam mata uang asing, menyebabkan banyak perusahaan mengalami lonjakan tanggunganhutang dan ketidakrnampuan membayar bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo.Ancaman kebangkrutan melanda hampir semua perusahaan di Indonesia pada saat krisis yangdimulai pertangahan tahun 1997 itu. PT Astra International, Tbk sebagai salah satu perusahaan publik yang masuk dalamjajaran perusahaan besar dengan manajemen yang baik, ikut terkena dampak krisis tersebut.Menurut laporan akuntan publik yang dipublikasikan, Astra tidak sanggup lagi membayarbunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo sehingga daiancam kebangkrutan ataupengambil alihan oleh pihak lain. Manajemen Astra yang baik menanggapi denganmengajukan usulan restrukturisasi hutang-hutangnya terhitung tanggal 1 Januari 1999, denganmembeli sebagian hutang dengan harga diskon dan menerbitkan obligasi Astra Señ III untukmenggantikan hutang Iamanya. Dengan negoisasi yang gigih, para eksekutif puncak Astraberhasil memperoleh kepercayaan dengan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yangdisetujui usulan restrukturisasinya. Kasus ini dijadikan penelitian dalam Karya Akhir ini dilihat dan sisi manajemenkeuangan, dengan mengevaluasi pengaruh program restrukturisasi itu terhadap value of thefirm dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah dilaksanakan program. Digunakanpendekatan dengan metode free cash flows untuk menghitung nilai perusahuan itu danmultifactor index model untuk menghitung beta dengan mempertìmbangkan ketergantunganpada indeks pasar dan nilai tukar rupiah. Nilai perusahaan sebalum program dihitung padaperiodc tahun 1998 deiigan rnenjumLah tillai pasar dan hutang dan nilai pasar dan modal, yangdidasarkan pada rata-rata harga saham di tahun tersebut. Nilai perusahaan setelah programdihitung berdasarkan prediksi arus kas dalam periode tahun 1999 ? 2006. Asumsi yangdigunakan untuk memprediksi pendapatan ìn lebih didasarkan pada perkembangan industriotomotif (yang mendominasi pendapatan perusahaan hingga mencapai 73%). Prediksì anuskas diperoieh dan rata-rata komposisi pos-pos pada laporan keuangan perusahaan di tahuntahun sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi peningkatan nilai perusahaan dan 11,43Triliun Rupiah menjadi 13,23 Triliun Rupiah. Hal ini juga terjadi pada tillai modal yangmcningkat clan sebelum rcstrukturìsasi 2,64 menjadi 5,50 Triliun Rupiah setelahrestrukturisasi. Dcrnikian barga saham meningkat dan Rp. 1.135,- menjadi Rp. 2.367,- perIernbamya. I3erdasarkan (eon bahwa tujuan utama pengeLolaan keuangan perusahaan untuknienciptakaii peningkatan nilai perneganig saham, maka fluai pemegang saham menìngkatsebesar 2,86 Triliun Rupiah. Perubahan yang signifikan ini merupakan hash positif parapengelola pcrusahaan itu untuk mempertahankan citra baik di mata investor dan pemberipinjarnan, dengan berhasil mencegah kelalaian membayar hutang termasuk bunganya yangbisa mcnyebabkan perusahaan dituntut pailit di depan pengadilan niaga. Kajian pada kasus ini merupakan kasus menarik dan memberikan sumbangan bagipendidikan dan dunia bisnis secara nyata. Bagi dunia pendidikan, kasus ini menunjukkanbahwa pengambilan keputusan dalam bisnis secara nyata dapat dibuktikan dengan rumusanempiris dan teori-teori yang diperoleh dan dunia kampus. Pemilihan strategi yang didasarkanpada prediksi dan perhitungan sebagai pertimbangan awal sebelum menjalankan strategitersebut akan mengurangi resiko kegagalan dalam pelaksanaanya. Dengan menggunakan teoriyang ada, dibutuhkan data-data kondisi perusahaan. pasar dan faktor lain yangmempengaruhinya. Data-data ini dapat diperoleh dañ media-media atau jaringan yang khususmenyedikan data tersebut dengan akses terbatas namun penting karena kelengkapan data akanmempengaruhi hasil perhitungan selanjutnya. Bagi dunia bisnìs secara nyata, kasus ini dapat dijadikan pelajaran yang baik bahwarestruktunsasi menjadikan pilihan yang baik yang dapat menghindarkan perusahaan danancaman kebangkrutan. Dengan melakukan negosiasi untuk mencari penyelesaian secara winwin tanpa harus mengurangi kewajiban perusahaan yang akan menurunkan citra perusahaan dimata pemberi pinjaman dan investor yang akan menurunkan nilai saham yang berartimenurukan nilai perusahaan. |