Industri Rotan Indonesia mencari keunggulan komparatif
Setianto;
Soekarno W., supervisor; Budi Sudiyanto
([Publisher not identified]
, 1990)
|
ABSTRAK Bertahun-tahun lamanya pendapatan devisa dari minyak bumimenjadi andalan penerimaan negara dalam membiayai pembangunannasional. Dengan merosotnya harga minyak bumi, maka pendapatanpemerintahpun menjadi berkurang dengan drastis. Kemerosotan hargaminyak bumi segera di susu1 dengan turunnya harga produk-produkprimer lainnya yang biasanya dipasok oleh Indonesia. Dengan latar belakang peristiwa tersebut, pemerintah dipaksauntuk mengembangkan ekspor komoditas nonmigas. Sektor yang selamakomoditas migas masih menjadi primadona bagi penerimaanpemerintah belum mendapat perhatian. Salah satu komoditas yang dikembangkan ekspornya adalahkomoditas hasil hutan, sumber daya yang tersedia melimpah diIndonesia. Industri kayu lapis telah memberikan sumbangan yangsangat besar bagi penerimaan devisa pemerintah, kemudian disusuldengan rotan. Pada mulanya rotan diekspor dalam bentuk bahan bakudan bahan setengah jadi. Adanya keinginan untuk mendapatkandevisa yang lebih besar ataupun adanya desakan dari golongantertentu yang meminta fasilitas (rent seeker) maka diterbitkanlahkebijakan perdagangan internasional dalam subsektor rotan.Kebijakan tata niaga ekspor rotan tersebut dimulai denganpelarangan ekspor bahan baku kemudian dilanjutkan denganpelarangan ekspor rotan setengah jadi. Kebijakan perdaganganinternasional dalam tata niaga ekspor rotan ini telah menimbulkanberbagai dampak negatif bagi masyarakat berupa merosotnya hargabahan baku rotan serta hilangnya lapangan pekerjaan bagi puluhanribu petani kecil pemungut dan pengumpul rotan. Merosotnya bukan saja volume ekspor tetapi juga nilai eksporrotan mengisyaratkan belum siapnya para calon investor untukterjun dalam industri pengolahan rotan. Kebijakan tata niaga ekspor rotan bukanlah kebijakan yangoptimal, mengingat banyak dampak negatif yang ditimbulkan denganadanya kebijakan tata niaga ekspor rotan tersebut. Analisis keunggulan komparatif industri rotan Indonesia baikanalisis statis (1989) maupun analisis dinamis denganmenghitung DDRC tahun 2000 dengan pendekatan harga pasarmenghas i 1 kan kes i mpu l an bahwa pengembangan i ndustr i rotan untuksaat ini maupun sampai tahun 2000 masih layak (feasible), karenamasih memiliki daya saing internasional. Meskipun terjadipenurunan daya saing internasional karena indeks DRC untuk tahun1989 = 0,85 meningkat menjadi 0,88 pada tahun 2000. Dengan terbatasnya waktu, perhitungan keunggulan komparatifyang bi sa di 1 akukan baru pad a ti ngkat satu macam produk rotanyaitu mebel (furniture). Sangat diharapkan di kemudian hari akandilanjutkan penelitian pada jenis produk yang lain seperti:anyaman (webbing) lampit (mats) serta produk yang lainnya.Sehingga akan memberikan gambaran yang lebih lengkap(comprehensive) lagi tentang keunggulan komparatif pada industrirotan di Indonesia. |
![]()
|
No. Panggil : | T-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1990 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xii, 116 pages : illustration ; 23 cm + appendiix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T-Pdf | 15-17-168031519 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20452839 |