Dengan sensitivitasnya yang luar biasa, Kahlil Gibran merajut sebuah kisah cinta tentang sepasang kekasih yang indah dan menggelora. Namun, cinta mereka bukanlah tanpa halangan. Tradisi, tabu, politik, dan ketidakadilan menjadi penghalang bagi keduanya untuk bersatu. Sederhana, tetapi penuh makna. Itulah yang membuat karya Gibran begitu dekat di hati pembacanya. Diterjemahkan secara langsung oleh Sapardi Djoko Damono, penyair legendaris Indonesia, menjadikan napas liris dan puitis di dalam buku ini tetap semakin terasa keindahannya. Inilah salah satu kisah cinta paling megah dan paling dikenal sepanjang masa, yang sering disandingkan bersama Romeo & Juliet karya William Shakespeare.Intisari Sayap-Sayap Patah, atau yang lebih dikenal sebagai The Prophet, sering digolongkan sebagai buku mistik populer dan diterjemahkan ke dalam lebih dari dua puluh bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa ada kekuatan luar biasa di balik cara pengungkapannya sehingga pembaca tertarik untuk memahami, menghayati, dan mungkin juga meyakininya. Kritik yang pernah dilontarkan tak satu pun bisa menggoyahkan kemasyhuran karya Gibran ini. Tokoh dalam buku ini, Sayap-Sayap Patah, yang telah tinggal di sebuah kota selama 12 tahun hendak kembali ke negerinya dengan menaiki sebuah kapal. Keberangkatannya itu tertunda oleh pertanyaan-pertanyaan tentang misteri kehidupan yang diajukan oleh sekelompok orang. Wejangan-wejangan yang disampaikan oleh Sayap-Sayap Patah bertujuan untuk memerdekakan pendengarnya.Buku ini berisi esai-esai pendek yang puitis tentang beragam tema seperti cinta, persahabatan, pernikahan, kebahagiaan, kebebasan, pengetahuan, hingga iman dan kematian. Tema-tema itu disampaikan melalui dialog antara Sayap-Sayap Patah (sang nabi) dengan orang-orang yang mendatanginya, mulai dari pemimpin, pedagang, pelacur, gelandangan, tua, muda, laki-laki, perempuan. |