ABSTRAK Demonstrasi, protes, tanda tangan petisi, aksi anarkis, dan aksi terorismemerupakan contoh aksi kolektif. Terdapat dua bentuk aksi kolektif, yakni aksidamai (normatif) dan kekerasan (tidak-normatif). Intensi aksi kolektif solidaritasmerupakan fokus kajian pada penelitian terkait dengan solidaritas MuslimIndonesia pada konflik Palestina-Israel. Penelitian ini berusaha untuk menggaliapa saja faktor yang melandasi sekumpulan orang ingin melakukan aksi kolektifsolidaritas bentuk normatif atau tidak-normatif pada konteks konflik Palestina-Israel. Melalui studi survei korelasional, penelitian ini menganalisis data yangberasal dari 460 mahasiswa Muslim Indonesia. Data diperoleh dengan surveionline dan paper-and-pencil menggunakan 8 alat ukur yang valid dan reliabelterdiri dari skala intensi aksi kolektif solidaritas bentuk normatif, intensi aksikolektif solidaritas bentuk tidak-normatif, identitas sosial politik, efikasikelompok, emosi berbasis kelompok yang terdiri dari emosi marah, merendahkan, bangga, dan berani. Kami menggunakan uji confirmatory factor analysis (CFA), regresi, dan uji pemodelan atau structural equation modeling (SEM) untuk analisis statistik melalui Lisrel pada pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur dan semua hipotesis. Hasil temuan penelitian ini adalah identitas sosial politik merupakan sentral dari prediktor aksi kolektif solidaritas bentuk normatif ataupun tidak-normatif. Pada aksi kolektif normatif dipengaruhi secara positif oleh identitas sosial politik, emosi marah berbasis kelompok dan efikasi. Sementara itu, pada aksi kolektif tidak-normatif diprediksi secara positif oleh identitas sosial politik dan secara negatif oleh efikasi kelompok. Temuan ini erat kaitannya dengan konteks penelitian yang terkait dengan isu keadilan, kekerasan suci, dan keagamaan. ABSTRACT Demonstration, protest, signing the petition, anarchist acts, and terrorism are the examples of the collective action. There are two forms of such action, the peaceful acts (normative) or violence acts (non-normative). This study examined the intention to conduct solidarity collective action among Indonesian Moslems in the context of Palestinian-Israeli conflict. The factors underlying this intention of people to take a solidarity collective action with normative or non-normative forms in the context of Palestinian-Israel conflict were being investigated. Through a correlational survey study, this study analyzed the predictors of intention to conduct solidarity collection action in 460 Indonesian Moslems students. The data was gathered by online survey and paper-and-pencil methods by using 8 measurements: intention of conducting solidarity normative collective action, intention of solidarity non-normative collection action, social political identity, group-efficacy, group-based emotion scale which consist of anger, contempt, pride, and brave. We administered the confirmatory factor analysis (CFA), regression, and structural equation modelling (SEM) in the series of statistical analysis with Lisrel to test the validity and reliability of measurements and to test all our hypotheses. We found that socio-political identity to be a central predictor of intention for conducting solidarity collective action (normative and non-normative). Specifically, intention of solidarity normative collective action is predicted positively by socio-political identity, group-based anger, and groupefficacy. Meanwhile, the intention of conducting solidarity non-normativecollective action is predicted positively by socio-political identity and negatively by group efficacy. This finding is closely related to the context of studies with justice, sacred violence, and religion as the issues. |