Latar Belakang: Kanker serviks merupakan keganasan terbanyak nomor tiga pada perempuan di seluruh dunia dan nomor dua di Indonesia dengan angka insidensi mencapai 20928 kasus per tahunnya. Angka insiden dan mortalitas dari kanker serviks memiliki korelasi yang cukup baik dengan program pencegahan kanker serviks, terutama pada pemeriksaan berbasis sitologi, salah satunya sitologi berbasis cairan liquid-based cytology. Penambahan tes DNA HPV yang sensitif dalam pemeriksaan sitologi juga bertujuan untuk meningkatkan angka sensitivitas sehingga dapat memperkuat parameter penapisan lesi pra kanker serviks terutama pada pemeriksaan liquid-based cytology dan tes DNA HPV pada pusat pelayanan kesehatan swasta. Tujuan: Diketahuinya angka akurasi liquid-based cytology, DNA HPV, dan kombinasi keduanya dibandingkan dengan hasil histopatologi. Diketahuinya genotyping dan karakteristik DNA HPV tipe High Risk dalam setiap derajat NIS. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 138 subjek pada Juli 2013 ndash; Desember 2015 di RSCM Kencana. Data dikumpulkan secara total sampling dan dilakukan uji akurasi. Penelitan ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM pada bulan Februari 2016. Hasil: DNA HPV tipe high risk terdapat pada 76 NIS 1, 88.46 NIS 2, dan 84.21 NIS 3 pada hasil histopatologi. Didapatkan akurasi pemeriksaan liquid-based cytology; sensitivitas 88.54 , spesifisitas 35.71 , NPP 75.89 , dan NPN 57.69 . Akurasi pemeriksaan DNA HPV; sensitivitas 81.25 , spesifisitas 78.57 , NPP 89.66 , dan NPN 64.71 . Sementara akurasi kombinasi keduanya adalah sensitivitas 94.79 , spesifisitas 35.71 , NPP 77.12 , dan NPN 75. Simpulan: Penambahan pemeriksaan DNA HPV meningkatkan angka sensitivitas dari 88.54 menjadi 94.79 karena turunnya angka negatif palsu pemeriksaan LBC. Hal ini menjadikan kombinasi pemeriksaan liquid-based cytology dan DNA HPV dapat menjadi pilihan metode penapisan lesi pra kanker serviks terutama pada fasilitas kesehatan sekunder ataupun tersier di Indonesia. Background: Cervical cancer was the third of the most female cancer in the world and the second in Indonesia with the incidence of 20928 new cases annually. The incidence and moratlity in cervical cancer have a good correlation with the cervical cancer prevention program, especially cytology based examination, for instance, liquid based cytology. The addition of HPV DNA test in cytology will increase the sensitivity, strengthened the parameter of pre cervical cancer lesion screening, espescially in liquid based cytology and HPV DNA test in the secondary or tertier health center in Indonesia. Objectives: To show the accuracy of liquid based cytology, HPV DNA test, and the combination of liquid based cytology and HPV DNA test, compared to histopathology as a the gold standard of pre cervical cancer lesion screening. Furthermore, this study will show the genotyping characteristic of high risk type HPV DNA and dan high risk type HPV DNA characteristic in every stage of CIN. Methods: This study is a cross sectional study with the sample of 138 subjects in July 2013 ndash December 2015 at RSCM Kencana. The data were collected by total sampling and be performed the accuracy test. This study had already passed the ethical clearance and permitted by Ethical Committee FKUI RSCM in February 2016. Results: The high risk type HPV DNA is detected in 76 CIN 1, 88.46 CIN 2, and 84.21 CIN 3 in histopathology results. The accuracy of liquid based cytology sensitivity 88.54 , specificity 35.71 , PPV 75.89 , and NPV 57.69 . The accuracy of HPV DNA sensitivity 81.25 , specificity 78.57 , PPV 89.66 , and NPV 64.71 . The accuracy of combination sensitivity 94.79 , specificity 35.71 , PPV 77.12 , dan NPV 75. Conclusions: The addition of HPV DNA test increased the sensitivity from 88.54 to 94.79 because of decreasing of false negative of liquid based cytology. This thing has showed that the combination of liquid based cytology and HPV DNA test could the one of the option of pre cervical cancer lesion screening method, especially in secondary or tertier health center in Indonesia. |