:: Artikel Jurnal :: Kembali

Artikel Jurnal :: Kembali

Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut di pantai muncar, Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur (suatu kajian filosofis) / Relin D.E

Relin D.E; (Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017)

 Abstrak

Tari Gandrung merupakan kekayaan budaya lokal banyuwangi dan dijadikan maskot daerah Banyuwangi. Tari gandrung banyak dipentaskan diberbagai acara publik termasuk di dalam tradisi petik laut. Pementasan Tari Gandrung dalam tradisi petik laut memiliki makna tersendiri karena tradisi ini diyakini sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Laut agar nelayan dianugrahkan ikan yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Tari Gandrung dan makna filosofi Tari gandrung yang terkandung dalam tradisi Petik laut di pantai Muncar Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisis deskriftip kualitatif Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi (data-data sekunder) Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Setiap peragaan Gandrung Banyuwangi selalu berpola jejer paju dan seblang-seblang. Dalam pementasannya memasuki tiga babak yakni pertama jejer, gending terdiri dari lagu Padha Nonton yang terdiri dari delapan bait 32 baris setiap baitnya terbagi menjadi empat baris baru kemudian dilanjutkan dengan gending Padha Nonton pada bait-bait berikutnya dengan gerak tari yang sesuai warna lagu yang dibawakan. Kemudian babak kedua disebut Paju gending yang dibawakan bebas sesuai permintaan yang akan ikut menari (maju gandrung) dan ketiga Seblang-seblang yang selalu diawali dengan gending atau lagu yang berjudul Sebiang Lukito dan gending-gending lainnya. Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut secara filosofis bila diamati dan lagu Padha nonton dengan svaimva berbentuk bebas dan pola yang berkembang ini merupakan gambaran filosofis hidup tentang manusia Filosofis yang diekspresikan dalam bentuk tari dan nyanyi sebagai simbol pesan tentang hidup dan kehidupan Terutama dalam adegan seblang-seblang memvisualisasikan perpaduan bentuk gerak dan nvanvian vang indah untuk menyampaikan pesan-pesan tentang hidup dan kehidupan segala suka dukanva sebagai manusia. Demikian juga ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan ini. Kemudian akhir dari manusia itu sendiri diaktualisasikan tentang keberadaan manusia secara hitam dan putih. Perjuangan dan nereulatan akhirnya dengan hentakan atau kelembutan dalam menjawab semua pertanyaan yang muncul, suatu pertanyaan yang tak pernah habis-habisnya, seperti memasuki dunia pengalaman sekaligus dunia kenyataan dalam satu rangkaian.

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : 300 MUDRA 32:1 (2017)
Entri utama-Nama orang :
Subjek :
Penerbitan : Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
ISSN : 08543461
Majalah/Jurnal : MUDRA
Volume : Vol. 33, No. 1 Februari 2017: Hal. 41-55
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated
Tipe Carrier : volume
Akses Elektronik :
Institusi Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 4, R. Koleksi Jurnal
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
300 MUDRA 32:1 (2017) TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20462485