:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Analisa strategi bersaing IPTN merebut pangsa pasar internasional untuk pesawat terbang N-250

Siahaan, Ardjuna Ganesa; Albert Widjaja, supervisor ([Publisher not identified] , 1998)

 Abstrak

ABSTRAK
Industri Pesawat Terbang sudah lama ditandai oleh kerjasama yang erat an tara swasta
dengan pemerintah. Pemerintah dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropah dimasa
yang lalu dan bahkan juga sekarang memberikan subsidi kepada industri pesawat terbangnya
serta terlibat langsung dalam kegiatan penjualan antara lain melalui kedutaan besarnya di luar
negeri.


Pemerintah dari berbagai negara di dunia menyadari manfaat melakukan investasi dalam
industri pesawat terbang karena limpahan ekonomi dan teknologinya menciptakan puluhan
industri baru dan ribuan peke1jaan baru. (Bartlett, Ghoshal 1995, 256).


Negara di Asia belakangan ini tidak mau ketinggalan dengan Amerika Serikat dan
Eropah dalam pengembangan industri pesawat terbang, yakni disamping IPTN negara sepe11i
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina dan bahkan Malaysia juga ingin memiliki industri pesawat
terbang.


Seiring dengan . berjalannya waktu para produsen pesawat terbang tidak dapat lagi
mengandalkan pesawat terbang yang diproduksinya selama ini karena sudah mulai ketinggalan
zaman, dimana kebutuhan pesawat terbang dimasa mendatang menuntut pesawat terbang yang
lebih besar dan dengan kinerja yang lebih baik.


Pengembangan pesawat terbang baru membutuhkan biaya yang sangat besar yang
diperkirakan mencapai $ 20 juta per tempat duduk, yakni berdasarkan estimasi investasi
AIRBUS A-330 sebesar $ 2.5 miliar. Kebutuhan dana yang sangat besar ini membuat banyak
produsen pesawat terbang yang ragu-ragu mengembangkan pesawat terbang baru, dimana
beberapa diantaranya yang sudah memulai kegiatan rancang bangunnya ternyata akhirnya
membatalkan rencananya.


IPTN pada tanggal 10 Agustus 1995 telah berhasil melaksanakan terbang perdana
pesawat terbang N-250 yang merupakan pesawat terbang regional pertama di dunia yang
menggunakan kendali operasi _fly-by-wire, menggunakan mesin turboprop modern dengan
kecepatan high subsonic, menggunakan konsep pesawat terbang berbadan Iebar dan memiliki
konfigurasi sayap tinggi sehingga dapat beroperasi pada Iandasan pendek.


Masalah yang kami teliti adalah strategi yang perlu ditempuh oleh IPTN untuk merebut
pangsa pasar internasional maupun untuk memproteksi pasar dalam negeri agar dapat berupa
captive market dalam waktu cukup lama.


Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, yakni menggunakan data sekunder yang
berasal dari berbagai majalah terbitan luar negeri dan berbagai buku baik yang diterbitkan di
dalam maupun luar negeri, kami menemukan akhir-akhir ini telah terjadi kolaborasi dari
beberapa industri pesawat terbang dari berbagai negara dengan tujuan untuk meningkatkan daya
saing (AIR), dilain pihak terdapat industri pesawat terbang yang mengalami kebangkrutan
(FOKKER) atau yang menghentikan produksi pesawat terbangnya (SAAB), sehingga dimasa
mendatang kami perkirakan produsen pesawat terbang regional yang semula jumlahnya sangat
banyak akan mengalami penciutan secara drastis, dimana kami perkirakan pesaing IPTN di pasar
internasional adalah AIR dan BOMBARDIER.


Dalam persaingan di pasar internasional kami menyimpulkan IPTN jauh Iebih lemah
dibandingkan pesaingnya terutama sekali dari segi posisi keuangan dan pangsa pasar. Posisi
keuangan sangat penting dalam industri pesawat terbang karena titik impas umumnya dicapai
karena menyangkut kurva belajar dan skala ekonomi serta efek berantai. dimana tidak heran hila
AIRBUS dalam menghadapi BOEING menggunakan strategi untuk memenangkan pangsa pasar
walaupun dengan resiko harus menjual dengan merugi.


Dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix kami memilih strategi
IPTN berupa memasuki pasar internasional yang secara geografis dekat dengan Indonesia seperti
negara-negara Asean dan Australia dengan mengandalkan keunggulan teknis dan harga dari N-
250, dimana untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional IPTN harus memproteksi
pasar dalam negeri sehingga menjadi captive market sambil mengembangkan pasar dalam negeri
agar lebih banyak menggunakan pesawat terbang regional seperti N-250 karena lebih ekonomis
dibandingkan pesawat terbang besar dan dapat beroperasi pada landasan yang relatif pendek,
segera melaksanakan restrukturisasi IPTN, menghindari persaingan frontal dengan pimpinan
pasar, menjajagi aliansi strategik dengan pemilik modal berlimpah dan aliansi strategik dengan
satu atau lebih pabrik pesawat terbang luar negeri, mengusahakan mendapatkan peke1jaan
subkontrak dengan nilai signifikan dari BOEING dan AIRBUS.


Dalam melayani captive market Indonesia, IPTN harus berusaha secara terus menerus
berorientasi kepuasan pelanggan; antara lain, memperbaiki kwalitas, waktu penyerahan dan
harga dari produk dan jasanya sehingga dalam waktu relatif tidak lama sudah siap bersaing
tangguh dengan produk luar negeri dipasar Indonesia tanpa perlindungan seperti hambatan tarif
maupun non tarif.

 File Digital: 1

Shelf
 T8713-Ardjuna Ganesa Siahaan.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1998
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : ix, 129 pages, 18 cm
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20463407