Gangguan napas saat tidur merupakan abnormalitas pada seseorang dengan ciri kesulitan bernapas ketika tidur. Penyakit ini terjadi ketika seseorang mengalami henti napas ketika dalam keadaan tidur. Tanda dan gejala dari penyakit ini antara lain mendengkur saat tidur dan mengantuk ketika dalam keadaan sadar. Namun, tanda dan gejala tersebut dapat dikatakan tidak secara spesifik langsung mengarah kepada gangguan ini. Di Indonesia penyakit ini belum banyak mendapat perhatian sehingga kerapkali penderita tidak mengetahui kondisinya. Namun begitu, tanda dan gejala kerap kali dikeluhkan dan mengganggu produktivitas dan lingkungan dari penderita. Penelitian kali ini dilakukan kepada pegawai kantor yang waktunya digunakan untuk bekerja dengan sedikit aktivitas fisik. Subjek diinstruksikan untuk mengisi kuesioner Berlin dan diperiksa berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Data kemudian diuji secara statistik dan dilihat hubungan dengan faktor risiko. Hasil yang didapatkan prevalensi subjek memiliki risiko tinggi gangguan napas saat tidur adalah 21.6 . Didapatkan pula hubungan antara faktor risiko berupa usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, dan gaya hidup dengan peningkatan risiko gangguan napas saat tidur. Usia tua, jenis kelamin pria, indeks massa tubuh berlebih, dan kebiasaan merokok meningkatkan risiko gangguan napas saat tidur. Hal tersebut antara lain berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh, pelemahan otot pernapasan, dan obstruksi pada saluran napas sehingga menyebabkan udara yang masuk ke saluran napas berkurang. Sleep disordered breathing is an abnormality that is characterized by disruption of breathing during sleep. This disease happens when someone experiences cessation of breathing in the sleeping state. The sign and symptoms of this disease are snoring during sleep and daytime sleepiness. However, those sign and symptoms are not specific to the disease. In Indonesia, this disease is not commonlly discussed. Therefore, patients do not fully realize their condition hence neglecting their health. Those sign and symptoms often disturb their daily activities, productivity, and environment. The subject of this research were administration employees of University of Indonesia. The subjects were instructed to fill out the Berlin Questionnaire and undergo some measurements including weight, height, and blood pressure. The data collected were statistically tested and analyzed. The prevalence of high risk sleep disordered breathing was 21.6 . Furthermore, there was a relation between the condition and the risk factors such as age, gender, body mass index, and lifestyle. Older age, male gender, excessive body mass index, and smoking habit can elevate the risk of sleep disordered breathing. Those relations can be explained by the excessive body fat, weakened respiratory muscles, and airway obstruction that results in reduction of oxygen in the airway. |